Menghindari Kemalasan dalam Beribadah Setelah Ramadhan

Radarseluma.disway.id - Menghindari Kemalasan dalam Beribadah Setelah Ramadhan--
Reporter By: Juli Irawan
Radarseluma.disway.id - Ramadhan telah berlalu, bulan penuh berkah dan ampunan telah meninggalkan kita. Sebulan penuh umat Islam menjalani ibadah dengan penuh semangat—berpuasa, shalat tarawih, membaca Al-Qur'an, memperbanyak sedekah, dan berdoa. Namun, fenomena yang kerap terjadi setiap tahunnya adalah kendor atau bahkan malasnya semangat beribadah setelah Ramadhan usai. Aktivitas ibadah yang tadinya begitu rutin dan intensif, perlahan mulai ditinggalkan, bahkan sebagian orang kembali kepada kebiasaan buruk sebelum Ramadhan.
Padahal, semangat beribadah yang tumbuh selama Ramadhan seharusnya menjadi titik tolak perubahan menuju pribadi yang lebih taat. Ramadhan bukanlah tujuan, melainkan wasilah (perantara) untuk menjadi hamba Allah yang bertakwa. Maka, menjadi sangat penting untuk menjaga semangat ibadah dan menghindari kemalasan setelah Ramadhan agar keberkahan Ramadhan tidak hilang begitu saja.
BACA JUGA:Keutamaan Memaafkan dan Melapangkan Hati: Jalan Menuju Kedamaian dan Ampunan Allah
Ibadah Tidak Musiman
Islam tidak mengajarkan ibadah sebagai amalan musiman yang hanya dikerjakan pada waktu-waktu tertentu saja. Ibadah kepada Allah adalah kewajiban sepanjang hayat. Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-An'am ayat 162 - 163 yang mana berbunyi:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَلَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
Artinya: "Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." (QS. Al-An'am: 162–163)
Ayat ini menegaskan bahwa seluruh aspek kehidupan seorang Muslim, termasuk ibadah, haruslah dipersembahkan secara total kepada Allah, bukan hanya terbatas dalam bulan Ramadhan. Rasulullah SAW juga memberikan teladan luar biasa dalam konsistensi beribadah sepanjang hidupnya, bukan hanya dalam momen-momen tertentu saja.
Tanda Diterimanya Ramadhan: Ibadah Berlanjut
Salah satu tanda bahwa ibadah Ramadhan seseorang diterima oleh Allah adalah adanya peningkatan dan kesinambungan dalam amal ibadah setelah Ramadhan. Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
"Sesungguhnya balasan dari kebaikan adalah kebaikan setelahnya. Barang siapa yang melakukan kebaikan lalu meneruskan dengan kebaikan lagi, maka itu tanda diterimanya amal tersebut."
Dengan demikian, kemalasan beribadah setelah Ramadhan bisa menjadi pertanda bahwa seseorang belum berhasil memetik hikmah dan tujuan dari puasa, yaitu menjadi hamba yang bertakwa, sebagaimana firman Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 183 yang mana berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)
Taqwa bukan hanya berlaku di bulan Ramadhan, tapi merupakan sifat yang harus terus melekat pada diri setiap Muslim hingga akhir hayat.
Ancaman Kemalasan dalam Ibadah
Kemalasan dalam beribadah termasuk salah satu sifat orang munafik yang sangat dibenci oleh Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah mengecam keras sikap mereka sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa ayat 142 yang mana berbunyi:
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ ۚ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali." (QS. An-Nisa: 142)
Kemalasan dalam beribadah pasca-Ramadhan bisa mengarah kepada penyakit hati dan kemunafikan. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk menjaga diri dari sifat ini.
Langkah-langkah Menghindari Kemalasan Beribadah Setelah Ramadhan
1. Niat yang Ikhlas
Selalu perbarui niat dalam beribadah hanya karena Allah, bukan karena momen Ramadhan atau suasana.
2. Menetapkan Target Ibadah Harian
Seperti membaca Al-Qur’an setiap hari, memperbanyak dzikir, dan menjaga shalat sunnah.
3. Membangun Lingkungan yang Positif
Berkumpul dengan orang-orang shalih yang senantiasa semangat beribadah sangat membantu menjaga konsistensi.
4. Menghadiri Majelis Ilmu
Ilmu agama akan menumbuhkan motivasi spiritual dan menguatkan iman.
5. Menghidupkan Enam Hari Puasa Syawal
Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda Puasa Syawal menjadi jembatan spiritual agar semangat ibadah tidak terputus. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Muslim yang mana berbunyi:
"مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ"
Artinya: "Barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian diikuti dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa setahun penuh." (HR. Muslim)
BACA JUGA:Bulan Syawal dan Pentingnya Kesabaran dalam Hidup
Dari penjelasan diatas maka dapatlah kita simpulkan bahwa Kemalasan dalam beribadah setelah bulan Suci Ramadhan adalah bentuk kelalaian yang bisa menghapus keberkahan yang telah kita raih selama sebulan penuh. Islam mengajarkan agar kita senantiasa istiqamah dalam ketaatan, bukan hanya saat Ramadhan. Ibadah sejatinya adalah kebutuhan ruhani dan bentuk penghambaan total kepada Allah yang harus dijaga hingga akhir hayat. Maka, berjuanglah melawan rasa malas, karena itu adalah jihad sejati dalam kehidupan seorang Muslim.
Mari jadikan Ramadhan sebagai titik awal perubahan, bukan puncak semangat sementara. Teruslah istiqamah dalam ketaatan, walau sedikit tapi konsisten. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Rasulullah SAW dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Bukhari dan Muslim yang mana berbunyi:
"أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ"
Artinya: "Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang terus-menerus walaupun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim)
Semoga Allah senantiasa memberi kita kekuatan untuk istiqamah dalam beribadah, menjauhkan kita dari rasa malas, dan menerima seluruh amal kita selama dan setelah Ramadhan. Aamiin. (djl)
Sumber: