Meneladani Kesabaran Rasulullah SAW dalam Menghadapi Ujian: Belajar dari Puasa Ramadhan Selama Satu Bulan

Radarseluma.disway.id - Meneladani Kesabaran Rasulullah SAW dalam Menghadapi Ujian: Belajar dari Puasa Ramadhan Selama Satu Bulan--
Radarseluma.disway.id - Bulan suci Ramadhan adalah madrasah ruhani yang sangat agung. Di dalamnya terkandung berbagai pelajaran penting dalam kehidupan, mulai dari ketakwaan, keikhlasan, hingga kesabaran. Salah satu hikmah terbesar dari puasa Ramadhan adalah membentuk pribadi yang sabar. Maka, tidak berlebihan jika Ramadhan dijuluki sebagai "bulan kesabaran" (Syahr Ash-shabr).
Dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW, kita menemukan keteladanan sempurna tentang bagaimana seseorang menghadapi ujian hidup dengan penuh kesabaran, keteguhan hati, dan keyakinan terhadap janji Allah. Kesabaran Rasulullah SAW bukan hanya pada aspek spiritual dan dakwah, tapi juga dalam kehidupan sosial, keluarga, dan perjuangan menghadapi musuh-musuh Islam. Maka, Ramadhan menjadi momen tepat untuk meneladani beliau.
Puasa dan Kesabaran: Dua Hal yang Tak Terpisahkan
Puasa (shaum) berasal dari kata Saum yang artinya menahan. Maka, inti dari puasa adalah menahan: menahan diri dari makan, minum, nafsu, amarah, dan perbuatan buruk lainnya. Ini adalah latihan sabar tingkat tinggi.
Allah SWT berfirman:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Artinya: "Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk." (QS. Al-Baqarah: 45)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa sabar yang dimaksud dalam ayat ini mencakup sabar dalam menjalankan perintah Allah, sabar dalam menjauhi larangan-Nya, serta sabar dalam menghadapi ujian dan musibah. Semua ini sangat erat dengan nilai-nilai yang kita latih dalam puasa Ramadhan.
BACA JUGA:Tanda-Tanda Keberhasilan Ramadhan dalam Hidup Kita
Kesabaran Rasulullah SAW dalam Tiga Dimensi
1. Sabar dalam Ketaatan kepada Allah
Nabi SAW tidak pernah meninggalkan kewajiban meskipun dalam kondisi sangat sulit. Saat beliau dalam tekanan kaum musyrik Quraisy, beliau tetap melaksanakan shalat, berdakwah, dan menjaga komunikasi dengan umat. Allah memuji keteguhan beliau:
وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا
Artinya: "Dan bersabarlah kamu terhadap ketetapan Tuhanmu, sesungguhnya kamu berada dalam pengawasan Kami..."
(QS. At-Tur: 48)
2. Sabar dalam Menjauhi Maksiat
Nabi Muhammad SAW menjaga diri dari perbuatan dosa, bahkan ketika beliau mendapat tawaran kekayaan, wanita, dan kekuasaan sebagai imbalan menghentikan dakwah. Beliau tetap istiqamah pada ajaran tauhid.
3. Sabar dalam Menghadapi Musibah dan Ujian
Rasulullah SAW mengalami berbagai musibah: kehilangan orang-orang tercinta seperti Khadijah, Abu Thalib, dan putra-putri beliau. Namun beliau tetap berserah diri kepada Allah. Dalam hadits disebutkan:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ
Artinya: "Sesungguhnya besarnya pahala itu sebanding dengan besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji mereka."(HR. Tirmidzi)
BACA JUGA:Membersihkan Hati dari Penyakit Hasad dan Dendam
Latihan Kesabaran Praktis di Bulan Ramadhan
Ramadhan bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga emosi, ucapan, dan tindakan. Nabi SAW bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Artinya: "Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya."
(HR. Bukhari)
Kesabaran dalam menahan amarah juga menjadi indikator kesempurnaan puasa:
لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
Artinya: "Bukanlah orang kuat itu yang menang dalam bergulat, tapi orang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kesabaran Pasca Ramadhan: Tantangan Sejati
Ujian kesabaran tidak berhenti ketika Ramadhan usai. Justru tantangan sejati adalah bagaimana mempertahankan kesabaran yang sudah kita latih selama sebulan penuh.
Allah SWT berfirman:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
Artinya: "Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, ketika mereka bersabar dan mereka yakin dengan ayat-ayat Kami." (QS. As-Sajdah: 24)
Ayat ini menegaskan bahwa syarat menjadi pemimpin umat adalah sabar dan yakin. Dua sifat inilah yang menghantarkan Rasulullah SAW menjadi pemimpin sejati dan kekasih Allah.
BACA JUGA:Menjaga Ukhuwah Islamiyah di Bulan Syawal
Meneladani kesabaran Rasulullah SAW adalah langkah awal menuju derajat keimanan yang hakiki. Puasa Ramadhan telah menjadi madrasah luar biasa untuk mengasah dan menumbuhkan kesabaran dalam jiwa kita. Maka, tugas kita adalah menjaga buah dari latihan itu sepanjang tahun, dalam setiap aspek kehidupan.
Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang sabar, yang mendapat balasan surga tanpa hisab:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya: "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS. Az-Zumar: 10)
Marilah kita jadikan Ramadhan sebagai titik balik menuju pribadi yang sabar, tangguh, dan dekat dengan Allah, sebagaimana teladan agung yang ditunjukkan Rasulullah SAW. (djl)
Sumber: