SELUMA, Radarseluma.Disway.id, - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Seluma semakin melonjak. Sejak Januari hingga 29 April 2024, tercatat sudah ada 215 kasus yang ditangani oleh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) jajaran Dinas Kesehatan (Dinkes) Seluma. Terbanyak di Puskesmas Talang Tinggi, yakni 39 kasus.
Dari 215 kasus tersebut, tercatat ada 5 pasien yang meninggal dunia, terakhir pada Kamis 18 April 2024, yakni warga Kelurahan Kembang Mumpo Kecamatan Semidang Alas Maras, Jeni Ariska (21) meninggal dunia setelah sebelumnya dipastikan positif terserang DBD.
Sebagai perbandingan, pada tahun 2023 lalu Dinkes Seluma mencatat ada 195 kasus DBD di Kabupaten Seluma, tiga pasien berujung meninggal dunia pasca mengidapnya.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinkes Seluma, Rudi Syawaludin, S.Sos melalui Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Mazda, S.KM, M. Ling.
Adapun rinciannya per puskesmasnya yakni Puskesmas Riak Siabun 0 kasus, Puskesmas Babatan 7 kasus, Puskesmas Cahaya Negeri 8 kasus, Puskesmas Dermayu 1 kasus, Puskesmas Air Periukan 0 kasus, Puskesmas Dusun Tengah 3 kasus, Puskesmas Tumbuan 0 kasus, Puskesmas Talang Tinggi 39, Puskesmas Tais 6 kasus, Puskesmas Puguk 0 kasus.
Puskesmas Rimbo Kedui 23 kasus, Puskesmas Seluma Timur 24 kasus, Puskesmas Masmambang 10 kasus, Puskesmas Ulu Talo 0 kasus, Puskesmas Ilir Talo 20 kasus, Puskesmas Penago II 0 kasus, Puskesmas Sukamerindu 3 kasus, Puskesmas Pajar Bulan 30 kasus, Puskesmas Rena Gajah Mati 0 kasus, Puskesmas Gunung Kembang 0 kasus, Puskesmas Kembang Mumpo 38 kasus, dan Puskesmas Muara Maras 0 kasus.
Mazda mengatakan bahwa banyaknya kasus di awal tahun ini karena adanya musim pancaroba yang melanda Kabupaten Seluma serta minimnya kesadaran akan kebersihan lingkungan sekitar.
“Kasus terbanyak ada di Puskesmas Kembang Mumpo, namun ada juga 8 wilayah puskesmas yang 0 kasus. Diharapkan jumlah ini tidak bertambah lagi, minimal melandai karena saat ini cuaca mulai stabil dan giat kebersihan kerap dilakukan,”ujar Mazda.
Ditambahkan Kepala Dinkes, bahwa ciri ciri dari gejala DBD yakni demam tinggi selama tiga hari, timbulnya ruam merah pada kulit, nyeri kepala, otot dan tulang terasa nyeri dan ngilu. Jika terdapat tanda tanda ini, agar segera memeriksakan diri ke Puskesmas terdekat.
Karena saat ini seluruh puskesmas di Kabupaten Seluma telah memiliki alat Rapic Diagnostic Test(RDT), alat tersebut dapat mendeteksi adanya virus Dengue di awal, sehingga resiko kematian akibat virus tersebut dapat terhindar.
"Silahkan periksa jika mengalami demam tinggi selama 3 hari, saat ini di setiap puskesmas telah tersedia alat RDT pendektesi virus DBD,"imbau Rudi
Untuk mencegah penambahan kasus DBD di Kabupaten Seluma, saat ini Dinkes Seluma telah menyebarkan dan menyiapkan bubuk abate secara gratis bagi warga di sejumlah desa/kelurahan yang membutuhkan. Diharapkan ini dapat menekan angka penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Seluma.
Selain dibagikan dilapangan, bubuk abate tersebut juga disediakan di seluruh Puskesmas yang ada di Kabupaten Seluma, agar dapat ditaburkan ke tempat penampungan air milik warga.
"Saat ini untuk abate tersedia di semua Puskesmas di Seluma, itu diberikan secara cuma-cuma atau gratis. Kami juga masih intensif melakukan pengasapan (fogging) di wilayah desa atau kelurahan yang terdapat kasus DBD, tetapi itu sifatnya hanya sementara," terang Rudi
Ia menambahkan, setiap kepala keluarga (KK) akan diberikan bubuk abate secukupnya sesuai kebutuhan, mengingat dosis bubuk abate yang akan ditaburkan ke tempat penampungan air paling banyak setengah sendok makan.
"Untuk dosisnya penaburan bubuk abate cukup setengah sendok makan untuk penampungan air pada umumnya,"ujar Rudi.
Selain itu menurut Rudi selain pemberian bubuk abate, yang paling penting menjaga pola hidup bersih dan sehat, serta perhatian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan sekitar.
Dan keluarga pasien yang memiliki kasus DBD, harap melapor ke Dinkes atau faskes terdekat agar langsung disemprotkan fogging disekitar area rumahnya untuk mencegah penyebaran nyamuk.
Akan tetapi fogging tidak dapat mengatasi DBD secara maksimal dan hanya solusi jangka pendek karena yang dibasmi biasanya adalah nyamuk yang sudah dewasa, bukan berbentuk jentik. Lagipula fogging juga tidak baik apabila terus menerus dilakukan, terlebih lagi asapnya juga tidak baik untuk dihirup.
Maka dari itu, untuk jangka panjangnya, Rudi mengatakan sebaiknya kepada masyarakat Seluma agar lebih aktif dalam menerapkan pola hidup bersih dan sehat dalam menjaga kebersihan lingkungan, dengan cara gotong royong ataupun membersihkan rumah secara mandiri.
"Apabila ada masyarakat yang merasakan gejala penyakit DBD, sebaiknya segera kunjungi fasilitas kesehatan terdekat seperti Puskesmas agar nantinya dapat diberikan penanganan medis hingga pasien kembali sehat,"ujar Rudi.
Rudi menambahkan bahwa biasanya virus DBD terjadi akibat kurangnya menjaga kebersihan lingkungan termasuk saluran air, sehingga menyebabkan jentik jentik nyamuk berkembang.
Sehingga menurutnya, upaya tepat sasaran hanya dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan disekitar rumah.
"Warga harus menguras tempat penampungan air secara berkala, menutup tempat-tempat penampungan air, dan mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk aedes aegypti yang membawa virus DBD pada manusia,"imbau Rudi.
Jika tidak dicegah, maka dampak terburuk pasien bisa meninggal dunia. Penyakit DBD kerap meningkat saat cuaca ekstrem seperti saat ini, karena banyaknya genangan air membuat nyamuk betah dan membuatnya gampang untuk berkembang biak. Bahkan dibeberapa tempat di Indonesia menerapkan kejadian luar biasa (KLB) akibat adanya wabah DBD yang menyerang warga.(ndo)