BISA MENJADI PENDIDIK ABAD 21 YANG EFEKTIF DAN SUKSES

BISA MENJADI PENDIDIK ABAD 21 YANG EFEKTIF DAN SUKSES

--

 

Untuk dapat menjadi pendidik abad 21 yang efektif dan sukses guru perlu melakukan perubahan dalam hal karakteristik dan kepribadian yang lebih baik. Seperti yang saya peroleh dalam modul OGM, ada 5 tahapan yang dapat dilakukan yaitu: pra kontemplasi, kontemplasi, persiapan, tindakan, dan penguatan. Bagaimana caranya? Ada proses yang dapat dilakukan dan bagaimana caranya hingga mencapai tahap penguatan. Ada 10 proses yang dapat dilakukan untuk dapat melewati setiap tahap perubahan, yaitu:

Peningkatan kesadaraan

Meningkatnya kesadaran ini adalah proses yang terjadi ketika seseorang menyadari sebab, akibat, dan cara penyelesaian dari suatu masalah. Biasanya terjadi saat menerima umpan balik konfrontasi promosi melalui media, atau mencari informasi terkait masalahnya. (misal begini: “oh iya, ternyata selama ini saya salah”)

Kelegaan yang dramatis

Tahap ini, mulai terjadi adanya peningkatan pengalaman emosional, tetapi mulai muncul kelegaan ketika seseorang melakukan tindakan yang tepat. Beberapa cara yang dapat menggerakkan seseorang  secara emosional adalah bermain peran, testimoni pribadi, promosi melalui media, dan lain-lain. 

Evaluasi ulang lingkungan sekitar

Seseorang melakukan pemeriksaan bagaimana dampak yang terjadi ketika perilakunya muncul atau tidak muncul. Seseorang melakukan pemeriksaan ini dapat berupa pemikiran maupun perasaan dari orang lain. Cara yang dapat dilakukan adalah berempati, melihat film dokumenter dan mencari umpan balik. Umpan balik yang positif akan sangat membantu seseorang untuk cepat melakukan pemeriksaan terhadap dirinya.

Untuk contoh proses 1,2, dan 3 ini, berada pada tahap pra kontemplasi dan kontemplasi yang dapat diilustrasikan dengan dialog berikut:

Saat di dalam kelas Pak guru Rudi mengatakan kepada siswa setelah melakukan koreksi ulangan harian akhir bab,

Pak Rudi : “Nilai kalian jelek semua. Besok kalian semua ikut remedial!”

Siswa 1 : “Bukan kami tidak mau belajar, tapi Bapak tidak mau mendengar pertanyaan kami…”

Siswa 2 : “Tapi…Pak…..!”

Kemudian setelah di luar kelas, Pak Rudi merenungkan kejadian tadi.

Beliau mengibaratkan seandainya di posisi siswa, takut, cemas, dan tidak didengarkan. Pak Guru Rudi akhirnya menyadari kesalahan yang dilakukannya. Beliau menyadari kesalahan itu adalah mutlak karena dirinya bukan karena orang lain. Beliau menyadari bahwa saat mengajar di kelas terlalu keras, ketat, kaku, tidak mendengarkan siswa. Hal ini terjadi pada proses peningkatan kesadaran, memperoleh kelegaan yang dramatis dan proses evaluasi ulang lingkungan sekitar. Pak Guru Rudi menyadari betul sumber masalah ada dalam dirinya, ini pula menurut Paul G Stolzt tentang kecerdasan mengatasi masalah, respon pertama dan tidak menyalahkan orang lain, melainkan koreksi diri sendiri dan tanyakan apa yang salah denganku?.

Sumber: