Kisah Nyata: Dari Pelayan Warung ke Perempuan Bayaran (Bagian 1)

Kisah Nyata: Dari Pelayan Warung ke Perempuan Bayaran (Bagian 1)

Radarseluma.disway.id - Kisah Nyata: Dari Pelayan Warung ke Perempuan Bayaran (Bagian 1) "Warung Pinggir Jalan dan Mimpi yang Terhenti" --

Suatu malam, dia mengajakku ke kafe. Tempat itu berbeda dari warung. Musiknya keras, pencahayaannya redup, dan dipenuhi perempuan berpakaian mencolok serta pria-pria berdasi. Aku merasa seperti masuk dunia lain. Dunia yang tampak glamor tapi asing.

“Tenang aja, Dek. Santai. Di sini semua orang punya cerita,” kata Mira sambil memesan dua minuman.

Seorang pria mendekat. Ia memperkenalkan diri sebagai Rio. Usianya sekitar 30, an, wajahnya bersih, tutur katanya sopan. Aku gugup, tapi Mira menepuk pundakku pelan, “Temenin aja ngobrol, gak usah takut.”

Malam itu aku hanya berbincang ringan. Tapi sejak saat itu, Mira mulai menyisipkan kata-kata yang membuatku berpikir keras. Ia berkata, “Rina, kamu cantik. Banyak cowok yang mau bayar mahal cuma buat ditemenin makan malam sama kamu. Satu kali aja, kamu bisa dapat sejuta. Gaji kamu sebulan aja gak nyampe segitu.”

BACA JUGA:Kisah Nyata: Hutang Keluarga Menjerumuskan Ku “Ketika Cinta dan Luka Bertemu” (Bagian 3)

Aku bingung. Batinku kacau. Antara menolak dan mulai tergoda. Aku pulang malam itu dengan kepala penuh pikiran. Bayangan adik-adikku yang belum bayar SPP, ibuku yang mulai sering batuk-batuk, dan rumah kami yang bocor tiap hujan deras datang. Rasanya aku ingin berteriak, tapi tak tahu pada siapa.

Besoknya, Mira datang ke kos-ku membawa tas kecil. Isinya: satu gaun hitam sederhana, sepatu hak tinggi, dan parfum. Ia memaksa lembut. “Coba aja sekali. Kalau gak cocok, kamu bisa berhenti. Aku nggak akan maksa.”

Malam itu, aku berdiri di depan cermin. Rambutku ku tata sesuai saran Mira. Aku memakai gaun itu, walau tubuhku gemetar. Aku melihat diriku, dan seolah tak mengenal bayangan sendiri.

“Apa aku sudah berubah?”

Namun kenyataan lebih cepat daripada rasa takutku. Mira menjemput ku, dan malam itu aku menyerahkan mimpi masa kecilku… demi uang.

Bersambung ke Bagian 2: “Langkah Pertama Menuju Jurang Gelap” (djl)

 

 

Sumber:

Berita Terkait