Kisah Nyata: Hutang Keluarga Menjerumuskan Ku “Ketika Cinta dan Luka Bertemu” (Bagian 3)

Kisah Nyata: Hutang Keluarga Menjerumuskan Ku “Ketika Cinta dan Luka Bertemu” (Bagian 3)

Radarseluma.disway.id - Kisah Nyata: Hutang Keluarga Menjerumuskan Ku “Ketika Cinta dan Luka Bertemu” (Bagian 3)--

Esoknya, aku mencoba menghubungi Raka. Tak ada respons. Aku kirim pesan panjang. Ku tulis semuanya tanpa membela diri, tanpa mencoba membenarkan, hanya kejujuran. Tentang keluarga, tentang hutang, tentang keputusasaan, tentang luka yang kusimpan sendiri selama ini.

Dua minggu berlalu tanpa balasan. Sakit? Ya. Tapi anehnya, aku merasa lega. Setidaknya aku tak lagi menyembunyikan segalanya. Setidaknya aku sudah jujur. Dan itu, adalah langkah pertamaku untuk berubah.

Dengan sisa-sisa keberanian, aku putuskan untuk berhenti dari dunia malam. Sulit? Sangat. Uang yang biasa kudapat dalam satu malam tak sebanding dengan kerja sebulan di kafe kecil yang menerimaku dengan gaji seadanya. Tapi aku memilih bertahan. Perlahan, aku belajar hidup sebagai Nisa yang baru. Tidak sempurna, tapi jujur pada dirinya sendiri.

Bersama Ibu, kami membuka warung kecil di depan rumah kontrakan. Hasilnya tak besar, tapi cukup untuk makan dan menabung sedikit. Ibu mulai tersenyum lagi. Tak tahu semua tentang masa laluku, tapi aku yakin, hatinya bisa merasakan perubahanku.

Dan pagi itu, saat aku sedang membersihkan rak warung, sebuah pesan masuk ke ponselku.

“Aku baca semua pesanmu, Nis. Aku nggak marah. Aku cuma butuh waktu. Kalau kamu masih mau berteman, aku di sini.”

Tanganku gemetar. Air mataku mengalir, kali ini bukan karena sedih. Tapi karena harapan yang sempat kupikir hilang, ternyata masih ada. Sekecil apapun cahaya itu, aku tahu… aku tidak sendiri.

Hari itu, untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama, aku merasa benar-benar hidup. Dan untuk pertama kalinya, aku percaya… semua orang layak mendapatkan kesempatan kedua. (djl) Tamat

Catatan penulis: Cerita ini adalah potret nyata tentang kerasnya kehidupan dan tekanan ekonomi yang bisa menyeret siapa saja ke jalan yang salah. Namun, ia juga menggambarkan kekuatan tekad, keberanian untuk berubah, dan arti penting dari pengampunan. Karena di balik setiap kesalahan, selalu ada ruang untuk kembali.

 

Sumber:

Berita Terkait