Keteladanan Rasulullah SAW Menghadapi Penolakan dengan Sabar: Cermin Kekuatan Iman dan Keikhlasan dalam Dakwah

Sabtu 25-10-2025,14:00 WIB
Reporter : juliirawan
Editor : juliirawan

Reporter Juli Irawan Radarseluma.disway.id - Dalam perjalanan dakwah Rasulullah SAW, tidak sedikit tantangan, hinaan, dan penolakan yang beliau hadapi. Dari awal masa kenabian di Makkah hingga perjuangan di Madinah, Rasulullah SAW sering kali dihadapkan dengan kerasnya hati manusia yang enggan menerima kebenaran. Namun, dalam setiap penolakan dan cercaan itu, beliau tidak pernah membalas dengan kebencian. Sebaliknya, beliau menanggapinya dengan kesabaran, kelembutan, dan doa. Inilah salah satu teladan agung dari Rasulullah SAW yang menjadi pelajaran berharga bagi umat Islam hingga hari ini.

Kesabaran Rasulullah SAW bukan hanya bentuk keteguhan hati, tetapi juga wujud dari keyakinan penuh terhadap janji Allah. Beliau memahami bahwa hidayah adalah milik Allah, dan tugas seorang dai hanyalah menyampaikan kebenaran dengan cara terbaik.

Rasulullah SAW di Thaif: Ujian Kesabaran yang Mendalam

Salah satu peristiwa paling menyentuh dalam sejarah dakwah Rasulullah SAW adalah ketika beliau pergi ke Thaif setelah mendapatkan banyak penolakan dari kaum Quraisy di Makkah. Rasulullah berharap penduduk Thaif akan menerima Islam. Namun, ternyata yang terjadi justru sebaliknya mereka menolak, menghina, bahkan mengutus anak-anak dan budak untuk melempari beliau dengan batu hingga berdarah.

Dalam keadaan terluka dan penuh duka, Rasulullah SAW berlindung di bawah pohon anggur milik ‘Utbah dan Syaibah bin Rabi’ah. Di sanalah beliau menengadahkan tangan berdoa kepada Allah SWT dengan doa yang penuh kelembutan dan keikhlasan:

اللَّهُمَّ إِلَيْكَ أَشْكُو ضَعْفَ قُوَّتِي، وَقِلَّةَ حِيلَتِي، وَهَوَانِي عَلَى النَّاسِ...

Artinya: "Ya Allah, kepada-Mu aku mengadu tentang lemahnya kekuatanku, sedikitnya daya upayaku, dan hinanya aku di hadapan manusia..." (HR. Thabrani)

Doa ini menggambarkan hati yang tulus dan sabar. Rasulullah SAW tidak berdoa agar kaumnya dibinasakan, melainkan beliau memohon agar Allah memberi mereka hidayah. Bahkan ketika malaikat penjaga gunung menawarkan untuk menimpakan dua gunung ke atas penduduk Thaif, beliau bersabda dengan penuh kasih:

"Sesungguhnya aku berharap semoga Allah mengeluarkan dari keturunan mereka orang-orang yang menyembah Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun." (HR. Bukhari dan Muslim)

Inilah puncak dari kesabaran dan kasih sayang seorang Nabi terhadap umat manusia, meski mereka menyakiti dan menolak beliau.

BACA JUGA:Rasulullah SAW dan Keberhasilannya Menyatukan Umat di Madinah: Teladan Persaudaraan dan Kepemimpinan yg Agung

Dalil Al-Qur’an tentang Kesabaran dalam Dakwah

Allah SWT menegaskan pentingnya kesabaran dalam menghadapi penolakan dakwah dalam banyak ayat. Salah satunya terdapat dalam Surah Al-Muzzammil ayat 10:

وَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيلًا

Artinya: “Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.” (QS. Al-Muzzammil: 10)

Ayat ini menunjukkan bahwa seorang dai tidak boleh membalas keburukan dengan keburukan. Bahkan ketika dihina, Rasulullah SAW diperintahkan untuk meninggalkan mereka dengan cara yang indah dan berakhlak mulia.

Dalam ayat lain, Allah SWT juga berfirman:

Kategori :