Allah berfirman:
"وَمَآ أَصَـٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍۢ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا۟ عَن كَثِيرٍۢ"
Artinya: “Dan musibah apa pun yang menimpamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura: 30)
Artinya, musibah juga bisa menjadi bentuk pengampunan dari Allah terhadap dosa-dosa kita. Ia datang sebagai sarana pembersih jiwa dan penghapus kesalahan.
BACA JUGA:Kisah Jenderal Muslim Ali bin Abi Thalib: Singa Allah, Panglima Tak Tertandingi dalam Cahaya Iman
Kisah Para Nabi dan Umat Terdahulu
Para nabi pun tidak luput dari tragedi. Nabi Ayyub AS diuji dengan penyakit yang berat, kehilangan harta dan anak-anaknya. Namun ia tetap bersabar dan akhirnya Allah mengangkat derajatnya. Nabi Yusuf AS dibuang ke sumur oleh saudara-saudaranya, dijual sebagai budak, dan difitnah, namun kemudian Allah memuliakannya menjadi pejabat di Mesir.
Kisah-kisah ini menjadi bukti nyata bahwa dalam setiap ujian besar, tersimpan rencana indah Allah SWT.
Mengubah Tragedi Menjadi Momentum
Setiap tragedi bisa menjadi titik balik menuju kehidupan yang lebih baik. Asalkan kita bersikap positif dan bersandar kepada Allah, maka tidak ada musibah yang sia-sia. Islam mengajarkan untuk tidak menyerah dalam duka, namun bangkit dengan iman.
Seorang ulama besar, Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
“Jika Allah mengujimu dengan kesusahan, itu bukan karena Allah ingin menghancurkanmu, tetapi karena Allah ingin membawamu lebih dekat kepada-Nya.”
Langkah Menghadapi Tragedi dengan Iman
1. Ridha terhadap takdir Allah
Menerima segala ketentuan-Nya dengan lapang dada.
2. Bersabar dan tidak berkeluh kesah