Menjadikan Syawal sebagai Awal Perubahan Diri

Rabu 23-04-2025,14:00 WIB
Reporter : juliirawan
Editor : juliirawan

Reporter: Juli Irawan 

Radarseluma.disway.id - Bulan Ramadhan telah usai, namun semangat dan pelajaran yang didapat selama sebulan penuh tidak boleh ikut berakhir. Ramadhan adalah bulan pembinaan spiritual yang intens, di mana umat Islam dididik untuk menahan hawa nafsu, memperbanyak ibadah, dan memperbaiki hubungan dengan Allah dan sesama manusia. Kini, bulan Syawal hadir bukan sekadar sebagai momentum kemenangan setelah puasa, tetapi juga sebagai awal perubahan diri menuju kehidupan yang lebih baik dan diridhai oleh Allah SWT.

Syawal, yang secara bahasa berarti "peningkatan", menyiratkan makna filosofis mendalam: seharusnya setelah ditempa di bulan Ramadhan, seorang Muslim meningkat dalam kualitas iman, amal, dan akhlaknya. Bulan ini menjadi momen muhasabah dan awal komitmen baru untuk terus berada dalam jalur kebaikan.

BACA JUGA:Keutamaan Dzikir dalam Kehidupan Sehari-hari

Syawal: Momentum Perubahan dan Konsistensi Amal

Ramadhan memberikan pelatihan spiritual intensif. Namun, yang lebih penting adalah apakah pelatihan itu membekas dan mengubah kepribadian seseorang setelahnya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Hasyr ayat 18 yang mana berbunyi: 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَانْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hasyr: 18)

Ayat ini mengajarkan pentingnya evaluasi diri dan perencanaan masa depan. Setelah Ramadhan, Syawal menjadi saat tepat untuk melakukan introspeksi. Apakah Ramadhan kita membuahkan perubahan? Apakah kita kini lebih dekat kepada Allah? Jika tidak, maka Ramadhan hanya menjadi rutinitas kosong yang tidak mengubah apa pun.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Bukhari dan Muslim yang mana berbunyi: 

أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

Artinya: "Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang terus-menerus (kontinu), walaupun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menegaskan pentingnya konsistensi (istiqamah) dalam amal. Jangan sampai amal ibadah hanya dilakukan di bulan Ramadhan saja, sementara di luar Ramadhan, termasuk Syawal dan seterusnya, kita kembali kepada kebiasaan lama. Syawal harus menjadi permulaan untuk menjaga amalan-amalan baik yang telah dibiasakan selama Ramadhan: shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an, dzikir, sedekah, dan menahan hawa nafsu.

BACA JUGA:Menghadapi Rintangan Hidup dengan Sabar dan Syukur

Puasa Syawal: Simbol Komitmen Perubahan

Kategori :