Nasehat KH Thoifur agar berpasangan dengan Anies juga diceritakan Cak Imin saat diwawancara presenter Najwa Shihab dalam program Mata Najwa, Senin (4/9). Dalam kesempatan tersebut, ia menyebut mendapat ‘arahan’ dari KH Thoifur.
“Ada Kiai Thoifur dari Jawa Tengah, Beliau memimpin 150-an jemaah haji. Saya dipanggil ke hotelnya. Seperti biasa, setiap kiai yang saya bisa sowan, saya sowan. Beliau itu tiba-tiba bilang, ‘Muhaimin saya sudah istikharah, jodohmu itu Anies’,” katanya.
Belakangan, KH Thoifur diketahui merupakan kyai kharismatik pemilik Ponpes Darut Tauhid Kelurahan Kedungsari, Kecamatan/Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, ini menjadi pusat pembicaraan di berbagai kalangan karena telah menjodohkan Anies dengan Cak Imin dalam kontestasi Pilpres 2024.
Ayahnya, KH R. Mawardi, merupakan keturunan dari Joko Umbaran yang konon masih trah dari Sultan Agung.
Keilmuan dan karomah KH Thoifur kesohor hingga ke Timur Tengah.
Ia juga sempat menjadi santri cukup lama di Rushaifah, Mekkah, di tempat Imam Ahlussunnah wal Jama’ah Abad 21, Al-Qutb Al-Irsyad wad Da’wah As-Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki Al-Hasani, dan menjadi salah satu santri terbaik di sana pada periode 1976 hingga 1988.
Kyai kondang ini juga berjuluk ahli mimpi bertemu Rasulullah SAW, karena seringnya bermimpi berjumpa Nabi Muhammad.
Salah satu karomah yang dimilikinya adalah penemuan Sumur Thoifur di Pesantren Rushaifah. Sumur itu menjadi sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari para santri.
Beliau berjuluk ahli mimpi bertemu Rasulullah SAW, inilah citra yang sangat melekat pada KH. Muhammad Thoifur Mawardi, karena beliau sangat sering bermimpi berjumpa Rasulullah. Bahkan, banyak yang mengakui bahwa hal itu adalah kebiasaan beliau.
Ketika Abuya Sayyid Muhammad ingin berkunjung ke luar negeri, beliau sering meminta saran kepada santrinya yang bernama KH. Muhammad Thoifur Mawardi agar menanyakan kepada Rasulullah SAW, apakah direstui atau tidak, jika memang direstui maka beliau akan berangkat tapi jika tidak, maka beliau pun tidak jadi berangkat. Jadi restu itu didasari isyarat mimpi Kiyai Thoifur yang bertemu Nabi Muhammad SAW.
Keluasannya dalam banyak bidang keilmuan membuatnya dijuluki sebagai ‘Kitab Berjalan’. Para ulama dan habib pun menaruh hormat pada kealimannya.