Syawal sebagai Momentum Hijrah Menuju Kebaikan

Radarseluma.disway.id - Syawal sebagai Momentum Hijrah Menuju Kebaikan--
Reporter: Juli Irawan
Radarseluma.disway.id - Setelah sebulan penuh umat Islam menjalani ibadah puasa Ramadhan, kini datang bulan Syawal sebagai lembaran baru dalam kehidupan. Syawal bukan hanya sekadar bulan perayaan setelah menahan lapar dan dahaga, namun sejatinya adalah momentum hijrah menuju kehidupan yang lebih baik, lebih bersih, dan lebih taat kepada Allah SWT. Bulan ini menjadi saat yang tepat untuk mengevaluasi diri, memperbaiki akhlak, serta membangun tekad untuk istiqamah dalam kebaikan.
Syawal berasal dari kata “syāla” (شَالَ) yang artinya "menaikkan" atau "mengangkat", menunjukkan harapan agar kualitas iman dan amal seseorang meningkat setelah Ramadhan. Maka, sejatinya Syawal bukanlah akhir dari ketaatan, melainkan awal dari perjalanan spiritual menuju pribadi yang lebih mulia.
Hijrah dalam Islam: Makna dan Esensi
Hijrah secara bahasa berarti berpindah atau meninggalkan. Dalam konteks syariat, hijrah bukan hanya berpindah tempat dari negeri kufur ke negeri Islam seperti yang dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabat, tetapi juga bermakna meninggalkan dosa dan keburukan menuju taat dan kebaikan.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Bukhari yang berbunyi:
«وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ»
Artinya: "Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah." (HR. Bukhari, no. 6484)
Hadist ini menegaskan bahwa setiap Muslim memiliki kesempatan untuk berhijrah kapan saja, termasuk saat momen Syawal, dengan meninggalkan maksiat dan menggantinya dengan amal salih. Momentum ini menjadi titik tolak transformasi diri pasca Ramadhan.
Syawal dan Semangat Melanjutkan Ibadah
Bulan Syawal memberikan kesempatan untuk menjaga semangat ibadah yang telah dibangun selama Ramadhan. Allah SWT memberikan keutamaan pada bulan ini, salah satunya dengan menganjurkan puasa enam hari di bulan Syawal sebagai bentuk lanjutan dari puasa Ramadhan.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Muslim yang mana berbunyi:
«مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ»
Artinya: "Barang siapa berpuasa Ramadhan, kemudian diikuti dengan enam hari dari bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti berpuasa sepanjang tahun." (HR. Muslim, no. 1164)
Hadist ini memberikan motivasi untuk tidak berhenti dalam ibadah setelah Ramadhan. Puasa Syawal menjadi simbol keberlanjutan amal saleh dan semangat hijrah menuju kebaikan yang berkelanjutan.
Dalil Al-Qur'an tentang Konsistensi dalam Kebaikan
Allah SWT memerintahkan agar umat Islam tetap istiqamah dalam kebaikan, bukan hanya musiman atau saat bulan Ramadhan saja:
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ
Artinya: "Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat bersama kamu." (QS. Hud: 112)
Ayat ini menekankan pentingnya istiqamah dalam beribadah dan bertakwa kepada Allah. Syawal adalah momentum untuk memulai istiqamah tersebut, setelah jiwa dilatih di bulan Ramadhan.
Bulan Syawal dan Perubahan Sosial
Momentum Syawal juga berkaitan erat dengan perubahan sosial yang lebih baik. Tradisi saling memaafkan di hari raya menjadi sarana mempererat ukhuwah Islamiyah. Ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surat Al-Maidah ayat 13 yang mana berbunyi:
فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Artinya: "Maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."
(QS. Al-Ma’idah: 13)
Ayat ini memberi isyarat bahwa salah satu bentuk hijrah menuju kebaikan adalah mampu memaafkan kesalahan orang lain, memperbaiki hubungan sosial, dan membangun kehidupan yang harmonis.
Membangun Komitmen Pasca-Ramadhan
Setelah ditempa dalam Ramadhan, seorang Muslim idealnya menjadi pribadi yang lebih sabar, jujur, dan bertakwa. Maka bulan Syawal adalah medan ujian pertama apakah perubahan yang terjadi selama Ramadhan benar-benar meresap dalam hati atau hanya sementara.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Bukhari dan Muslim yang berbunyi:
«أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ
Artinya: "Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling terus-menerus meskipun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan dalil ini, semangat hijrah dalam Syawal harus diwujudkan dalam komitmen amal saleh yang kontinu, bukan sekadar semangat temporer yang hilang usai hari raya.
Bulan Syawal adalah saat terbaik untuk mengokohkan tekad hijrah menuju kebaikan. Ia bukanlah akhir dari Ramadhan, tetapi awal dari perjalanan panjang menuju ketakwaan hakiki. Momentum ini harus diisi dengan memperbanyak amal saleh, menjaga hubungan sosial yang baik, dan terus meningkatkan kualitas diri secara spiritual maupun sosial.
Syawal mengajarkan bahwa perubahan tidak harus menunggu momen besar. Ia bisa dimulai dari langkah kecil: memperbaiki niat, melanjutkan puasa sunah, menjaga lisan, menjauhi maksiat, dan memperkuat ukhuwah. Maka, jadikanlah Syawal sebagai awal dari hijrah sejati menuju ridha Allah SWT.
اللَّهُمَّ ثَبِّتْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
Artinya: "Ya Allah, tetapkanlah hati kami dalam ketaatan kepada-Mu."
Demikianlah yang dapat kami sampaikan semoga bermanfaat. (djl)
Sumber: