Adab Bertamu dan Menyambut Tamu dalam Islam

Adab Bertamu dan Menyambut Tamu dalam Islam

Radarseluma.disway.id - Adab Bertamu dan Menyambut Tamu dalam Islam--

Reporter: Juli Irawan 

Radarseluma.disway.id - Islam adalah agama yang sempurna, mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk dalam hal pergaulan dan hubungan sosial. Salah satu bentuk interaksi sosial yang mendapat perhatian dalam Islam adalah kegiatan bertamu dan menyambut tamu. Bertamu bukan hanya sekadar silaturahmi atau berkunjung, namun juga menjadi sarana mempererat ukhuwah Islamiyah, memperkuat kasih sayang antar sesama muslim, dan menumbuhkan empati sosial.

Dalam ajaran Islam, baik yang bertamu maupun yang menerima tamu memiliki adab dan etika yang harus dijaga. Adab-adab ini diajarkan agar hubungan antar manusia tetap harmonis, penuh rasa hormat, dan tidak menimbulkan gangguan atau ketidaknyamanan.

BACA JUGA:Membangun Keluarga yang Islami di Bulan Syawal

Adab Bertamu dalam Islam

Islam mengajarkan bahwa ketika seseorang ingin bertamu, ia harus memperhatikan waktu, etika berbicara, serta batasan-batasan yang ditentukan syariat. Berikut adalah beberapa adab bertamu menurut Islam:

1. Meminta Izin Terlebih Dahulu

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nur ayat 27 yang mana berbunyi:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَىٰ أَهْلِهَا ۚ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya.” (QS. An-Nur: 27)

Ayat ini menegaskan pentingnya adab sebelum memasuki rumah orang lain. Bertamu tanpa izin dapat dianggap sebagai pelanggaran privasi.

2. Tidak Memaksa Jika Tidak Diizinkan Masuk

Islam mengajarkan bahwa tuan rumah berhak untuk tidak menerima tamu. Hal ini dijelaskan dalam lanjutan ayat di atas yaitu Al-Qur'an Surat An-Nur ayat 28 yang berbunyi: 

فَإِن لَّمْ تَجِدُوا فِيهَا أَحَدًا فَلَا تَدْخُلُوهَا حَتَّىٰ يُؤْذَنَ لَكُمْ ۖ وَإِن قِيلَ لَكُمُ ارْجِعُوا فَارْجِعُوا ۖ هُوَ أَزْكَىٰ لَكُمْ ۚ

Artinya: “Jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: ‘Kembalilah’, maka hendaklah kamu kembali. Itu lebih suci bagimu.” (QS. An-Nur: 28)

Artinya, seorang tamu tidak boleh memaksa atau merasa tersinggung jika tidak diizinkan masuk.

BACA JUGA:Keutamaan Istighfar dan Taubat di Bulan Syawal

3. Mengetuk Pintu dengan Sopan

Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Abu Dawud yang mana berbunyi: 

إِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ بَابَ قَوْمٍ فَلَا يَقِفْ مُسْتَقْبِلَ الْبَابِ، وَلَكِنْ لِيَكُنْ عَنْ يَمِينِهِ أَوْ عَنْ شِمَالِهِ

Artinya: “Apabila salah seorang di antara kalian mendatangi pintu suatu kaum, maka janganlah ia berdiri tepat di depan pintu, tetapi hendaknya di sebelah kanan atau kirinya.” (HR. Abu Dawud)

Ini menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan privasi dan kesopanan dalam bertamu.

4. Tidak Lama Bertamu Kecuali Diizinkan

Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits 

زِيَارَةُ الْمُسْلِمِ أَخَاهُ فِي اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ مَعْهُ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ يَقُولُونَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ

Artinya: “Kunjungan seorang Muslim kepada saudaranya karena Allah, maka ketika ia kembali, tujuh puluh ribu malaikat mendoakannya: 'Ya Allah, ampunilah dia, ya Allah, rahmatilah dia.’” (HR. Tirmidzi)

Namun, meskipun sangat dianjurkan, bertamu tetap harus mempertimbangkan waktu dan kenyamanan tuan rumah.

BACA JUGA:6 Penyakit Umat Nabi Muhammad sebagai Pertanda Hari Kiamat Sudah Dekat

Adab Menyambut Tamu dalam Islam

Menerima tamu juga merupakan bagian dari ibadah dan bentuk memuliakan sesama manusia. Rasulullah SAW memberikan teladan yang sangat luhur dalam hal menyambut tamu. Berikut adalah adab-adab yang dianjurkan:

1. Menyambut dengan Wajah Ceria

Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Muslim yang berbunyi: 

لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

Artinya: “Janganlah engkau meremehkan kebaikan sekecil apapun, meskipun hanya bertemu saudaramu dengan wajah yang ceria.” (HR. Muslim)

Menyambut tamu dengan wajah ceria adalah bentuk penghormatan dan keramahan yang tinggi.

2. Memberi Suguhan dan Jamuan

Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Bukhari dan Muslim yang mana berbunyi: 

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

Artinya: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

BACA JUGA:Menjaga Ukhuwah Islamiyah dengan Sesama Muslim

Memuliakan tamu bisa dengan menyuguhkan makanan, minuman, tempat duduk yang layak, dan layanan yang baik.

3. Tidak Menyusahkan Tamu

Islam juga mengajarkan keseimbangan. Tuan rumah tidak harus memaksakan diri hingga menyusahkan diri sendiri dalam menjamu tamu.

Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Bukhari dan Muslim yang mana berbunyi: 

الضِّيَافَةُ ثَلَاثَةُ أَيَّامٍ، وَجَائِزَتُهُ يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ، فَمَا كَانَ وَرَاءَ ذَلِكَ فَهُوَ صَدَقَةٌ

Artinya: “Menjamu tamu itu (wajib) selama tiga hari. Dan yang utama adalah hari pertama dan malamnya. Selebihnya adalah sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan kata lain, kewajiban tuan rumah adalah menjamu selama tiga hari. Setelah itu, jika tetap menjamu, maka bernilai sedekah.

Hikmah dari Bertamu dan Menyambut Tamu

Bertamu dan menerima tamu bukan hanya bentuk interaksi sosial biasa, tetapi mengandung nilai-nilai keimanan dan kebajikan yang tinggi. Di antaranya:

  • Menumbuhkan ukhuwah Islamiyah.
  • Menghilangkan prasangka dan memperkuat kepercayaan.
  • Memperoleh pahala dari Allah SWT.
  • Mencontoh teladan Rasulullah SAW dalam kehidupan sosial.

BACA JUGA:Belajar Sabar dalam Menghadapi Cobaan Hidup

Dari penjelasan diatas maka dapatlah kita simpulkan bahwa Islam sangat menekankan adab dan etika dalam kehidupan sosial, termasuk dalam hal bertamu dan menerima tamu. Baik tamu maupun tuan rumah memiliki kewajiban moral dan spiritual untuk menjaga adab demi terciptanya lingkungan masyarakat yang harmonis, santun, dan saling menghormati.

Dalil-dalil dari Al-Qur’an dan hadits yang telah disebutkan menunjukkan bahwa Islam bukan hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, tapi juga dengan sesama manusia secara rinci dan penuh kasih. Karenanya, mari kita hidupkan kembali budaya mulia ini dalam kehidupan sehari-hari. Jangan sampai karena modernitas dan kesibukan, kita meninggalkan tradisi silaturahmi yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. (djl)

Sumber: