Siasat Abu Nawas Menghindari Pajak: Kisah Jenaka yang Sarat Makna

Radarseluma.disway.id - Siasat Abu Nawas Menghindari Pajak: Kisah Jenaka yang Sarat Makna--
Radarseluma.disway.id - Di tengah riuhnya kisah-kisah jenaka dari negeri seribu satu malam, nama Abu Nawas selalu menjadi primadona. Ia dikenal bukan hanya karena kepintarannya yang tak biasa, tetapi juga karena kelicikannya yang kerap membuat Sultan Harun ar-Rasyid geleng-geleng kepala. Namun di balik kelucuan kisahnya, tersimpan nilai-nilai kehidupan yang patut direnungkan—terutama tentang kejujuran, kecerdasan, dan keutamaan berbagi.
Salah satu kisah Abu Nawas yang paling terkenal adalah siasatnya dalam menghindari pajak, sebuah cerita yang tidak hanya membuat kita tersenyum, tetapi juga mengajarkan makna sedekah yang sejati.
Pajak dari Sultan
Pada suatu hari, Sultan Harun ar-Rasyid mengumumkan bahwa setiap warga kerajaan wajib membayar pajak tahunan. Jumlahnya tidak besar, namun bagi rakyat kecil seperti Abu Nawas, itu cukup memberatkan. Apalagi, Abu Nawas dikenal lebih sering berada di masjid atau berdiskusi dengan orang-orang miskin ketimbang bekerja seperti warga lainnya.
Sultan pun memanggil Abu Nawas ke istana.
"Aku mendengar kau belum membayar pajak tahun ini, wahai Abu Nawas," ujar Sultan.
Abu Nawas tersenyum santai. "Benar, Tuanku. Namun izinkan hamba menjelaskan alasannya."
Sultan melipat tangan di dadanya. "Aku dengarkan, tapi jangan coba-coba berdalih."
Siasat Abu Nawas
Abu Nawas menjawab tenang, "Tuanku, hamba tidak membayar pajak bukan karena tidak mau, tetapi karena hamba sudah membayar pada yang lebih membutuhkan."
Sultan mengerutkan kening. "Maksudmu?"
"Hamba telah bersedekah kepada para fakir miskin, yatim piatu, dan janda-janda tua yang hidup terlunta-lunta di pinggir kota. Menurut hamba, mereka lebih membutuhkan uang itu ketimbang kas kerajaan."
Sultan tertawa kecil. "Lalu kau ingin mengatakan bahwa sedekahmu itu sama dengan membayar pajak?"
Abu Nawas mengangguk. "Bukankah tujuan pajak adalah untuk kesejahteraan rakyat? Maka jika hamba langsung menyalurkannya kepada rakyat yang membutuhkan, bukankah itu lebih tepat sasaran?"
Sultan menggeleng sambil tersenyum geli. "Kau memang pintar, Abu Nawas. Tapi jika semua rakyat berpikir seperti itu, bagaimana kerajaan bisa berjalan?"
Makna di Balik Kelicikan
Sultan memang tahu bahwa Abu Nawas sedang mencoba mengelak. Namun, di balik kelicikannya, terselip makna yang dalam: berbagi kepada sesama adalah kewajiban moral setiap manusia, bukan hanya kewajiban formal melalui pajak.
Sumber: