Taubat di Bulan Syawal: Jangan Tunda Lagi

Taubat di Bulan Syawal: Jangan Tunda Lagi

Radarseluma.disway.id - Taubat di Bulan Syawal: Jangan Tunda Lagi--

Reporter: Juli Irawan 

Radarseluma.disway.id - Setelah sebulan penuh umat Islam menjalani ibadah Ramadhan dengan penuh semangat dan pengendalian diri, datanglah bulan Syawal sebagai kelanjutan dari perjalanan spiritual. Namun, yang sering terjadi justru sebaliknya banyak orang kembali larut dalam kesibukan Duniawi, bahkan tergelincir kembali dalam maksiat. Padahal, Syawal bukan sekadar momen lebaran dan silaturahmi, melainkan waktu yang sangat tepat untuk memperbaharui taubat dan memperkuat hubungan dengan Allah SWT.

Taubat bukanlah amalan musiman, tapi kebutuhan hidup. Maka dari itu, Syawal adalah momen yang tepat untuk segera bertaubat dan tidak menunda-nundanya. Sebab, kita tak pernah tahu kapan ajal akan datang menjemput.


Radarseluma.disway.id - Jangan Meremehkan Dosa Kecil

Mengapa Harus Segera Bertaubat?

Menunda taubat adalah bentuk kesombongan ruhani dan kelalaian hati. Padahal, Allah SWT dengan kasih sayang-Nya selalu membuka pintu ampunan bagi siapa saja yang mau kembali kepada-Nya.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat An-Nur ayat 31 yang berbunyi: 

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya: "Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung." (QS. An-Nur: 31)

Ayat ini menegaskan bahwa taubat adalah syarat utama menuju keberuntungan. Maka, siapa yang ingin sukses dalam kehidupan dunia dan akhirat, hendaknya tidak menunda untuk segera kembali kepada Allah SWT.

BACA JUGA:6 Penyakit Umat Nabi Muhammad sebagai Pertanda Hari Kiamat Sudah Dekat

Jangan Meremehkan Dosa Kecil

Banyak orang tertipu dengan mengatakan, “Dosa saya hanya kecil,” padahal dosa kecil yang dilakukan terus-menerus tanpa taubat bisa menjadi dosa besar. Apalagi jika dilakukan dengan sikap meremehkan.

Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Ahmad Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda yang mana berbunyi: 

إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ، فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ

Artinya: "Jauhilah dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya ia akan berkumpul pada diri seseorang hingga membinasakannya."
(HR. Ahmad)

Taubat bukan hanya untuk dosa besar. Bahkan Nabi Muhammad Rasulullah SAW, yang Ma’shum (terjaga dari dosa), tetap beristighfar setiap hari.

Allah Selalu Menerima Taubat

Salah satu bukti cinta Allah kepada hamba-Nya adalah sifat-Nya yang Maha Penerima Taubat. Bahkan, Dia mencintai hamba yang kembali kepada-Nya. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 222 yang mana berbunyi: 

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

Artinya: "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang mensucikan diri." (QS. Al-Baqarah: 222)

Allah tidak hanya menerima taubat, tetapi mencintai mereka yang bersungguh-sungguh untuk kembali ke jalan-Nya.

BACA JUGA:Dosa Jariyah Seorang Wanita yang Terus Mengalir hingga Hari Kiamat Menurut Ajaran Islam

Hadits Tentang Luasnya Ampunan Allah

Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Bukhari dan Muslim yang mana berbunyi: 

للهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ وَقَدْ أَضَلَّهُ فِي أَرْضِ فَلَاةٍ

Artinya: "Sesungguhnya Allah lebih bergembira dengan taubat hamba-Nya daripada kegembiraan seseorang yang menemukan kembali untanya yang hilang di padang pasir." (HR. Bukhari dan Muslim)

Bayangkan, Allah SWT begitu bahagia melihat seorang hamba kembali kepada-Nya. Maka apa lagi yang membuat kita menunda-nunda taubat?

Taubat yang Diterima: Syaratnya Tiga

Para ulama menjelaskan bahwa taubat yang diterima harus memenuhi syarat:

  1. Menyesal atas perbuatan dosa.
  2. Berhenti dari dosa tersebut.
  3. Bertekad kuat untuk tidak mengulanginya lagi.

Jika dosa berkaitan dengan hak orang lain, maka ada syarat keempat: mengembalikan hak tersebut atau meminta maaf kepada pihak yang dizalimi.

Bulan Syawal: Momen Refleksi dan Perubahan

Syawal berasal dari kata syala yang bermakna "meninggikan" atau "mengangkat." Maka semestinya bulan ini menjadi momen untuk menaikkan derajat iman setelah berhasil melewati ujian Ramadhan. Salah satu cara terbaik adalah dengan bertaubat secara sungguh-sungguh.

Sebagaimana disebutkan oleh Hasan Al-Bashri yang mana artinya: 

“Sesungguhnya sebagian tanda diterimanya amal puasa adalah ketika seseorang melanjutkan ketaatan setelah Ramadhan.”

Jadi, jangan biarkan Syawal berlalu tanpa peningkatan kualitas ibadah dan taubat yang mendalam.

BACA JUGA:Memperbanyak Sedekah di Bulan Syawal: Wujud Syukur dan Konsistensi Ibadah Pasca Ramadhan

Jangan Tunda Taubat

Tak ada jaminan kita bisa bertemu dengan Ramadhan berikutnya. Maka jangan tunda taubat, jangan tunggu tua, jangan tunggu hidayah turun begitu saja. Hidayah datang saat kita bergerak menuju Allah. Taubatlah sebelum ajal menjemput. Nabi Muhammad SAW bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Tirmidzi yang mana berbunyi: 

إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ

Artinya: "Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba-Nya selama nyawanya belum sampai di tenggorokan."
(HR. Tirmidzi)

Maka selama kita masih diberi umur, masih bisa bernapas, itulah saatnya untuk bertaubat. Jangan tunggu esok, jangan tunda hingga tua. Taubat sekarang juga.

Untuk itu mari kita senantiasa beristighfar dan doa kepada Allah SWT 

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Artinya: "Ya Allah, ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."

Semoga Allah jadikan Syawal ini sebagai titik balik menuju kehidupan yang penuh berkah, ampunan, dan keberkahan. Aamiin.(djl)

Sumber: