Abu Nawas Berbicara dengan Bayangannya

Radarseluma.disway.id - Abu Nawas Berbicara dengan Bayangannya--
Abu Nawas Berbicara dengan Bayangannya
Radarseluma.disway.id - Pada suatu pagi yang cerah, Abu Nawas berjalan santai di sepanjang jalan kota Baghdad. Angin sepoi-sepoi mengibaskan jubah lusuhnya, dan sinar matahari memantulkan bayangannya di tanah berdebu. Tiba-tiba, sebuah ide jahil melintas di pikirannya.
"Apa jadinya kalau aku berbicara dengan bayanganku sendiri?" gumamnya, tersenyum nakal.
Maka, di tengah jalan, di hadapan banyak orang, Abu Nawas berhenti dan menatap bayangannya di tanah. Dengan suara keras, ia mulai bercakap-cakap.
"Wahai bayanganku, ke mana kau pergi ketika malam tiba?"
Orang-orang yang lewat berhenti, menatap Abu Nawas dengan keheranan. Mereka berbisik-bisik, mengira bahwa sang pujangga terkenal itu telah kehilangan akalnya. Namun, Abu Nawas tetap melanjutkan percakapannya.
Bayangan itu, tentu saja, tidak menjawab. Tapi Abu Nawas mengangguk-angguk seolah mendengar sesuatu.
"Oh, kau menghilang karena takut akan gelap? Tapi kenapa saat siang kau selalu menempel padaku seperti lintah?" tanyanya lagi, seolah-olah bayangannya menjawab.
BACA JUGA:Kisah: Abu Nawas Menyelamatkan Sahabatnya
Kini, kerumunan semakin ramai. Beberapa orang mulai tertawa, ada pula yang menggelengkan kepala, menganggap Abu Nawas tengah bercanda.
Lalu, seorang pedagang kaya yang terkenal kikir, Tuan Bahlul, mendekat. Ia mencibir, "Abu Nawas, kau sudah gila! Masa seorang pria cerdas seperti dirimu berbicara dengan bayangan? Hanya orang bodoh yang melakukan itu!"
Abu Nawas tersenyum santai dan berkata, "Tuan Bahlul, jika aku berbicara dengan bayanganku, itu karena aku tahu ia setia menemaniku. Tidak seperti manusia, ia tidak pernah berkhianat, tidak pernah menipu, dan tidak pernah meminta imbalan."
BACA JUGA:Bagaimana Abu Nawas Menipu si Penipu..?? Ini Kisahnya
Orang-orang tertawa, menyetujui perkataan Abu Nawas. Tuan Bahlul tersinggung, wajahnya merah padam.
"Baiklah, kalau begitu, buktikan bahwa bayanganmu bisa berbicara!" tantangnya.
Abu Nawas berpikir sejenak, lalu berkata, "Aku tidak perlu membuktikannya. Tapi jika kau ingin, kita bisa membuat kesepakatan."
"Apa itu?" tanya Tuan Bahlul curiga.
"Aku akan membuat bayanganku berbicara, tapi jika aku berhasil, kau harus memberiku sekantong emas," ujar Abu Nawas dengan senyum licik.
Tuan Bahlul berpikir. Ia tahu bayangan tidak mungkin berbicara, jadi ini kesempatan bagus untuk mempermalukan Abu Nawas di depan orang banyak.
"Baik! Jika kau gagal, kau harus bekerja di rumahku selama sebulan tanpa upah!" katanya penuh keyakinan.
BACA JUGA:Mengapa Abu Nawas Memilih Sapi Dari Pada Sekantong Emas..?
Abu Nawas mengangguk. Ia menunggu hingga matahari tepat di atas kepala, sehingga bayangannya mengecil di bawah kakinya. Lalu, dengan suara lantang, ia berkata:
"Wahai bayanganku, jika kau bisa berbicara, tetaplah di sana dan diam lah!"
Tentu saja, bayangannya tetap diam, tak bergerak sedikit pun. Abu Nawas pun berseru, "Lihat! Ia menuruti perintahku! Bukankah itu berarti ia bisa berkomunikasi denganku?"
Orang-orang tertawa terbahak-bahak. Mereka menyadari kecerdikan Abu Nawas. Sementara itu, Tuan Bahlul melongo, menyadari bahwa dirinya telah diperdaya.
"Bagaimana mungkin? Itu hanya permainan kata-kata!" protesnya.
"Tapi kau tidak menyebutkan bahwa bayangan harus berbicara dengan suara. Kau hanya memintaku membuktikan bahwa ia bisa berbicara. Dan buktinya, ia menuruti perintahku dengan diam," kata Abu Nawas sambil mengulurkan tangannya.
Kerumunan bersorak, dan Tuan Bahlul, meskipun marah, terpaksa menyerahkan sekantong emas kepada Abu Nawas. Dengan santai, Abu Nawas mengambil kantong itu, mengucapkan terima kasih, lalu berjalan pergi sambil tersenyum.
Sementara itu, bayangannya tetap setia mengikutinya—seperti sahabat yang tak pernah berkhianat. (djl)
Sumber: