Cerita Rakyat Bengkulu Legenda Bujang Awang Tabuang Part Dua Tamat

Cerita Rakyat Bengkulu Legenda Bujang Awang Tabuang Part Dua Tamat

Radar Seluma. Disway.id Kisah legenda Bujang Awang Tabuang dari Kerajaan Perembahan Panas Cerita Rakyat Bengkulu --

Radar Seluma. Disway.id - Setelah menempuh perjalanan yang panjang Bujang Awang Tabuang akhirnya tiba di Istana Kerajaan Perembahan Panas dengan seketika ia terkagum-kagum melihat keindahan Kerajaan yang ramai akan bangunan yang megah.
 
Setelah sampai di Istana Bujang Awang Tabuang ini langsung melangkah masuk ke dalam Istana dan melewati sederetan pengawal Kerajaan gerbang, melihat aksinya itu para pengawal pun kaget langsung bergegas menghampiri dan menghentikannya setelah itu para pengawal menanyakan apa maksud dan tujuan kedatangannya ke Istana ini dan di sini Bujang Awang Tabuang pun menjelaskan bahwa kedatangan nya adalah untuk bertemu dengan sang pemimpin yakni Raja Kramo Kratu Agung.
 
 
Mendengar hal itu tentu saja kedua pengawal tidak mengizinkan nya karena para pengawal berpikir bahwa Bujang Awang Tabuang ini adalah rakyat biasa namun Bujang Awang Tabuang tetap memaksa untuk masuk ingin menemui Sang Raja oleh karena hal tersebut terjadilah sebuah perkelahian antara Bujang Awang Tabuang bersama para pengawal gerbang Istana.
 
Dalam pertarungan tersebut kedua pengawal tersebut tidak sanggup untuk menghadapi Bujang Awang Tabuang lantas pengawal Gerbang Istana meminta bantuan para prajurit lainnya setelah tiba para prajurit langsung mengeroyok Bujang Awang Tabuang secara beramai-ramai sehingga terjadi perkelahian besar.
 
 
Meskipun Bujang Awang Tabuang menghadirkan para prajurit Istana sendiri namun Bujang Awang Tabuang mampu menghadapi dan menegakkan para prajurit Istana seorang diri dengan gagah dan berani, karena tidak mampu menghadapi Bujang Awang Tabuang para prajurit Istana pun mundur dan berlari masuk ke dalam Istana.
 
Dan setelah selesai berkelahi Bujang Awang Tabuang pun lelah di tambah perjalanan nya yang panjang akhirnya ia mencari tempat berteduh di sekitar Istana dan ia menemukan sebuah pohon besar untuk beristirahat sehingga ia pun tertidur pulas di bawah pohon tersebut hingga mendengkur.
 
 
Akan tetapi setelah Bujang Awang Tabuang sedang tertidur pulang ternyata suara dengkurannya itu membuat pilar-pilar Istana mulai bergetar karena getaran nya tersebut sehingga para prajurit berhamburan keluar karena mengira ada gempa bumi.
 
Getaran itu berlangsung berulang kali sehingga Sang Patih Kerajaan Perbanan Panas Raden Tumenggung ini pun penasaran di mana ia berusaha mencari sumber getaran tadi setelah mencari tahu ia menyadari bahwa ternyata berasal dari dengkuran seorang pria yang sedang tertidur di bawah pohon 
 
Akhirnya Sang Patih dengan terpaksa mendatangi pohon tempat Bujang Awang Tabuang itu tertidur, setelah Sang Raja membangunkan Bujang Awang Tabuang ia memberitahukan bahwa dengkuran Bujang Awang Tabuang ini membuat Ia stana porak-poranda.
 
Setelah itu Sang Patih pun memerintahkan Bujang Awang Tabuang hengkang untuk meningkatkan Istana setelah mendengar hal tersebut Bujang Awang Tabuang tidak menghiraukan permintaan itu dan ia tetap berjalan untuk memasuki Istana.
 
Melihat dari sikap Bujang Awang Tabuang ini Sang Patih pun tersinggung karena ia menganggap bahwa Bujang Awang Tabuang ini sangat kurang ajar dan dengan emosi Raden Tumenggung langsung menyerang dan berkelahi dengan Bujang Awang Tabuang.
 
Setelah itu terjadilah pertarungan yang sangat sengit antara Bujang Awang Tabuang dengan Sang Patih karena kesaktian yang di miliki Bujang Awang Tabuang sehingga ia bisa mengalahkan sang Patih Kerajaan itu.
Usai menggalakkan Sang Patih Bujang Awang Tabuang lalu memasuki Istana dan menghancurkan apa saja yang ia temui.
 
 
Mendengar kekacauan ini Raja Kramo Kratu Agung langsung turun tangan menghadapi Bujang Awang Tabuang tersebut dan melihat Raja Kramo Kratu Agung yang datang untuk mengahadapi nya itu membuat Bujang Awang Tabuang semakin mengamuk sehingga kedua bertarung sengit selama satu hati satu malam sementara Bujang Awang Tabuang tidak sadar bahwa bahwa ia sedang bertarung dengan Raja Kramo Kratu Agung yang juga merupakan ayah yang ia ingin temui.
 
Dalam pertarungan yang berjalan semakin seru itu masih ada tanda-tanda tentang siapa yang akan menjadi pemenang nya setelah itu Raja Kramo Kratu Agung menyudahi pertarungan itu dan kemudian ia memperkenalkan diri nya sebagai Raja Kramo Kratu Agung dan bertanya kepada Bujang Awang Tabuang apa tujuan kedatangan nya ke Istana ini.
 
Ketika mendengar hal itu Bujang Awang Tabuang sadar bahwa orang yang hadapi tersebut adalah ayah nya sendiri yang ia cari dan seketika ia memohon maaf kepada Sang Raja dan Bujang Awang Tabuang pun bercerita bahwa ia adalah Bujang Awang Tabuang Putra dari Putri Rimas Bangestu.
 
Selain itu juga Bujang Awang Tabuang menceritakan bahwa saat ibu nya di asingkan di hutan rimba ternyata saat itu ibunya sedang mengandung diri nya, setelah mendengar cerita Bujang Awang Tabuang itu terkejut Raja Kramo Kratu Agung di mana dengan perasaan yang bercampur aduk ia menghampiri Bujang Awang Tabuang dengan memeluk erat anak nya itu dan Sang Raja pun meminta maaf karena sudah mengasingkan Sang Putri Rimas Bangestu ke dalam hutan rimba dan Sang Raja juga mengatakan tidak tahu kalau Sang Putri Rimas Bangestu sedang mengandung anak nya.
 
Setelah mendengarkan hal itu Bujang Awang Tabuang pun memaafkan ayah nya itu dan meminta mereka menjemput nya di hutan rimba dan Sang Raja pun setuju akan hal itu.
 
Keesokan hari nya Raja Kramo Kratu Agung bersama dengan Bujang Awang Tabuang dan para prajurit bergegas Menuju hutan rimba untuk menjemput Putri Rimas Bangestu.
Kereta yang di tarik oleh empat ekor Kuda sudah di persiapkan untuk Sang Putri Rimas Bangestu 
Dengan. Bujang Awang Tabuang yang menjadi pemimpin dari rombongan itu.
 
 
Singkat cerita setelah belasan tahun Raja Kramo Kratu Agung dan Putri Rimas Bangestu akhirnya bertemu kembali dan keduanya saling berpelukan dan menangis dan Sang Raja pun langsung meminta maaf atas ketidaktahuan dan Raja Kramo Kratu Agung meminta Putri Rimas Bangestu kembali ke Istana dan menjadi Ibu dari penerus Kerajaan nya yakni Bujang Awang Tabuang.
 
Selain itu Sang Raja Kramo Kratu Agung merasa berutang budi kepada Harimau dan Kera karena mereka telah menjaga Permaisuri dan Bujang Awang Tabuang dengan sangat baik lalu kedua hewan itupun ikut di bawah ke Istana Perembanan Panas dan sejak itu keluarga pemimpin Kerajaan Perembanan Panas kembali hidup damai bersama di dalam Istana. (djl) TAMAT
 

Sumber: