Cerita Rakyat Bengkulu Legenda Bujang Awang Tabuang Part Satu
Reporter:
juliirawan|
Editor:
juliirawan|
Jumat 10-01-2025,11:41 WIB
Radar Seluma. Disway.id Kisah PangeranBujang Awang Tabuang Kerajaan Perembanan Panas --
Radar Seluma. Disway.id - Di ceritakan pada zaman dahulu kala ada sebuah Kerajaan besar yaitu bernama Kerajaan Perembahan Panas.
Jadi di ketahui bahwa Kerajaan ini memiliki tiga karakter utama.
Yakni yang pertama adalah Raja Kramo Kratu Agung di mana ia adalah seorang Raja yang adil dan bijaksana yang kedua adalah Permaisuri Raja yang bernama Putri Rimas Bangestu dan yang ketiga adalah anak pasangan dari Raja dan Ratu yang bernama Bujang Awang Tabuang.
Jadi awal mula cerita ini di mulai setelah enam tahun Sang Raja dan Ratu ini menikah, kebahagiaan Pasangan Raja Kramo Kratu Agung dan Permaisuri Ratu Putri Rimas Bangestu ini terganggu di mana hal ini dikarenakan mereka belum di karuniai keturunan atau seorang anak dan khawatir siapa yang akan meneruskan Kerajaan nya. Sang Raja memanggil kerabatnya untuk mencari solusi atas masalah yang sedang di hadapi nya.
Dari hasil diskusi bersama kerabatnya itu maka di dapat sebuah keputusan di mana sebuah keputusan sekaligus merupakan Tirta Raja ini mengharuskan Putri Rimas Bangestu untuk di asingkan jauh dari Kerajaan yaitu ke dalam hutan rimba.
Selain itu Tahtanya sebagai Permaisuri di cabut agar Sang Raja dapat menikahi wanita lain, di si i meskipun sedih mendengar keputusan itu Putri Rimas Bangestu tetap menerima keputusan Titah Raja itu.
Dan singkat cerita setelah semua siap berangkat la prajurit Kerajaan mengantar Putri Rimas Bangestu ke dalam hutan rimba tersebut dan sampai nya di sana para prajurit Kerajaan itu langsung pulang ke Istana meninggal Putri Rimas Bangestu sendirian di tengah hutan rimba tersebut.
Ketika sampai di hutan rimba tersebut Putri Rimas Bangestu yang masih di rundung kesedihan itu tiba-tiba di kejutkan dengan kedatangan seekor Harimau dan seekor Kera di sini Putri Rimas Bangestu pun semakin terkejut di karenakan kedua hewan itu bisa berbicara.
Dan setelah kedua hewan tersebut menjelaskan asal usul mereka Putri Rimas Bangestu tahu kalau kedua hewan tersebut Harimau dan Kera tersebut merupakan utusan para Dewata untuk menjaga Permaisuri yang sedang di rundung kesedihan
Jadi kondisi Putri Rimas Bangestu yang sedang mengandung ini ternyata tidak di ketahui oleh Sang Raja.
Setelah itu kedua utusan Dewata tadi membantu Putri Rimas Bangestu membangun sebuah Gubuk kecil di tengah-tengah hutan rimba dan setiap hari nya sang Kera tidak pernah lupa membawakan makanan untuk Putri Rimas Bangestu yang sedang mengandung itu.
Seiring berjalan waktu sembilan pun bulan berlalu Putri Rimas Bangestu melahirkan seorang anak laki-laki kemudian anak laki-laki tersebut di berikan nama Bujang Awang Tabuang, disini Bujang Awang Tabuang di besarkan dengan kasih sayang oleh Sang Ibu dan kedua teman baiknya yakni Harimau dan Kera.
Mereka berempat tinggal di bawah satu atap dan di sini sang Harimau sering mengajarkan Bujang Awang Tabuang berbagai keahlian untuk membela diri sementara itu Sang Kera mengajarkan Bujang Awang Tabuang tentang cara memanjat pohon dengan cepat dan melompat dari satu pohon ke pohon yang lain dan Harimau mengajarkan Bujang Awang Tabuang cara melompat berguling dan menyergap lawan.
Singkat cerita Bujang Awang Tabuang tumbuh beranjak dewasa di dalam hutan rimba itu dengan jasmani yang sehat kuat dan tampan berkat didikan sang ibu Bujang Awang Tabuang berhasil mempunyai kesaktian yang di katakan cukup luar biasa.
Pada suatu malam Bujang Awang Tabuang ini bertanya kepada sang ibu nga Putri Rimas Bangestu tentang sang ayah nya, Putri Rimas Bangestu juga merasa sudah pantas sang anak mengetahui siapa ayah kandung nya, tanpa menutupi hal tersebut dari sang anak di sini sang ibu pun memberitahukan sang anak bahwa Raja Kramo Kratu Agung adalah ayah nya, selain itu ia juga menceritakan bagaimana mereka bisa berakhir di hutan rimba ini.
Setelah mendengar cerita dari ibu nya itu Bujang Awang Tabuang meminta izin kepada sang ibu untuk berkunjung ke Istana untuk menemui ayah nya dan sang ibu pun menyetujuinya namun harus dengan satu janji untuk meminta Bujang Awang Tabuang untuk berhati-hati dan sebisa mungkin untuk menghindari perkelahian serta tidak membuat keonaran.
Mendengar itu Bujang Awang Tabuang pun berjanji akan mendengarkan perkataan sang ibu.
Keesokan paginya Bujang Awang Tabuang bersiap-siap untuk pergi meninggalkan hutan rimba untuk pergi ke Istana Kerajaan ayah nya itu. (djl) Bersambung
Sumber: