Kisah tentang Gunung Klabat di percaya sebagai bukti adanya hubungan antara manusia dengan Dewa-dewi yaitu warisan sebuah budaya yang sarat dengan makna spiritual.
Asal usul Gunung Klabat menutut legenda Minahasa dahulu kala daerah tempat Gunung Klabat berdiri adalah dataran subur yang di huni oleh masyarakat yang hidup dalam kedamaian.
Namun di tengah keharmonisan itu ada seorang pria sakti bernama Tumbelaka dia di kenal sebagai penjaga hubungan antara manusia dengan para Dewa-dewi yang tinggal di langit Tumbelaka diberikan kekuatan langsung dari Dewa utama Opo Wananatas penguasa langit dan alam semesta.
Ia sering bermeditasi di sebuah bukit kecil untuk meminta berkah dan bimbingan dari para Dewa.
Suatu hari Opo Wananatas memberitahu Tumbelaka dalam mimpi bahwa suatu bencana besar akan melanda tempat tersebut jika masyarakat mulai melupakan ajaran leluhur dan merusak alam, kemarahan para Dewa seiring waktu masyarakat mulai mengabaikan nasihat leluhur.
Mereka meng ekspektasi alam Tampa memikirkan dampaknya menebang hutang untuk kepentingan pribadi dan mengabaikan ritual penghormatan kepada para Dewa, melihat hal itu Tumbelaka berusaha mengingatkan mereka akan tetapi justru suaranya di abadikan.
Ketika prilaku masyarakat semakin brutal merusak alam Opo Wananatas lantas mengirim peringatan berupa gempa kecil dan badai yang menghancurkan sebagian pemukiman namun ternyata peringatan untuk tetap tidak merubah prilaku masyarakat.
Akhirnya para Dewa memutuskan untuk mengambil tindakan tegas pada suatu malam yang gelap langit Minahasa di penuhi petir dan guntur.
Tumbelaka yang sedang bermeditasi di bukit kecil merasa bahwa saat nya telah tiba ia memohon kepada para Dewa untuk memberikan kesempatan terakhir kepada masyarakat agar bertaubat.
Sebagai jawaban Opo Wananatas memerintahkan Tumbelaka untuk membangun sebuah Altar yang besar di atas bukit itu dalam waktu semalam.
Transformasi bukit menjadi Gunung Tumbelaka dengan kekuatan Supranaturalnya bekerja tanpa henti sepanjang malam dan ketika pajar menyingsing Altar besar pun selesai di bangun kemudian cahaya dari langit turun menyentuhnya kemudian bukit kecil itu mulai berubah di tumbuhi tumbuhan dan berubah menjadi sebuah Gunung yang menjulang tinggi, Gunung itu diberi nama Klabat yang dalam bahasa lokal adalah penjaga.
Para Dewa menjadikan Gunung Klabat sebagai simbol kekuatan para Dewa sekaligus sebagai pengingat kepada masyarakat untuk menjaga keseimbangan alam, legenda sang putri dan pangeran dari langit selain kisah Tumbelaka agenda lain melekat pada Gunung Klabat adalah tentang seorang Putri cantik bernama Wuungan yang tinggal di Desa kaki Gunung.
Wuungan adalah merupakan seorang putri kepala Suku yang dikenal sangat bijaksana ia memiliki hubungan istimewa Dangan para Dewa-dewa yang sering mengunjungi Desanya.
Pada suatu malam seorang Pengeran dari langit bernama Manalangit turun ke bumi dan jatuh cinta kepada Wuungan, namun hubungan mereka di tentang oleh para Dewa karena di anggap melanggar aturan alam.
Sebagai hukuman Manalangit di ubah menjadi awan yang yang terus mengelilingi puncak Gunung Klabat, sementara Wuungan di kutuk menjadi sumber mata air di kaki Gunung yang kini dikenal sebagai mata Klabat.
Penduduk setempat percaya bahwa kabut yang sering menyelimuti puncak Gunung Klabat adalah wujud cinta abadi Manalangit kepada Wuungan.
Mana kala setiap hujan turun mereka mengatakan itu air mata Wuungan yang merindukan kekasihnya.
Makna Spiritual Gunung Klabat bagi masyarakat Minahasa Gunung Klabat merupakan simbol pengingat penting nya menjaga harmoni dengan alam.
Hingga kini beberapa ritual adat seperti Mapalus kerjasama dalam kehidupan masyarakat dilakukan di kaki Gunung untuk leluhur dan para Dewa.
Gunung Klabat saat ini juga menjadi tujuan pendakian bagi para pecinta alam tetapi masyarakat adat sering memperingatkan agar para pendaki menjaga sikap selama berada di Gunung, konon mereka yang tidak menghormati Gunung akan tersesat atau mengalami kejadian aneh sebagai bentuk teguran dari Roh penjaga Gunung.
Pesan legenda Gunung Klabat mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga hubungan dengan alam dan menghormati warisan leluhur.
Dalam Dunia yang semakin modern kisah ini menjadi pengingat akan kebijaksanaan nenek moyang yang memahami betapa pentingnya keseimbangan antara manusia dan lingkungan.
Gunung Klabat bukan hanya sekedar fenomena Biografis tetapi juga warisan spritual yang sarat dengan nilai-nilai kehidupan melalui kisah-kisah nya Gunung Klabat terus mengapresiasi masyarakat Minahasa dan pengunjung dari belahan dunia untuk menjaga keindahan alam serta menghormati tradisi yang telah di wariskan berabad-abad.
Kesimpulan legenda Gunung Klabat adalah cerminan hubungan harmoni antara Manusia alam dan kepercayaan spritual.
Kisah-kisah seperti Tumbelaka dan cinta abadi hubungan Wuungan dengan Manalangit menjadi identitas budaya Minahasa memperkuat rasa kebanggaan masyarakat terhadap warisan leluhur mereka.
Gunung Klabat akan tetap berdiri sebagai penjaga tidak hanya bagi tanah Minahasa tatapi juga bagi nilai-nilai kebijakan yang tak lekang oleh waktu (djl)