Bisnis Asia Pasifik Dalam Ancaman Penipuan Canggih, Lakukan Kolaborasi Lintas Sektor yang Lebih Erat
Peningkatan penipuan di Asia Pasifik--
Apakah bisnis sudah dipersiapkan dengan baik untuk menangkis penipuan?
Meskipun kemunculan berbagai teknologi baru termasuk AI (Artificial Intelligence) atau Kecerdasan Buatan memungkinkan penipu untuk mengembangkan taktik mereka, tetapi hampir seperlima (19%) dari profesional pencegahan penipuan tidak diperlengkapi dengan teknologi yang tepat untuk melawan jaringan kriminal canggih yang menggabungkan kejahatan siber, penipuan, pencurian identitas, dan pencucian uang untuk melakukan penipuan ujung-ke-ujung.
Hal ini diperburuk dengan ketiadaan sinyal risiko pada saluran bisnis mereka. 28% di antaranya menemukan bahwa memahami tren penipuan terkini merupakan tantangan terbesar bagi mereka, sedangkan 27% menunjukkan bahwa mengidentifikasi dan menghentikan penipuan pada saat nasabah/pelanggan baru bergabung merupakan salah satu tantangan terbesar, terutama ketika kebutuhan ini harus diseimbangkan dengan proses perjalanan nasabah/pelanggan lancar.
Ekspektasi versus realitas dari kolaborasi lintas batas
Sebagian besar profesional pencegahan penipuan mengakui bahwa kolaborasi dan saling berbagi informasi identitas lintas sektor bisa menjadi pembeda strategis dalam melawan penipuan, dengan Selandia Baru (97%) dan Filipina (88%) sebagai yang terdepan. Pada kenyataannya, 81% responden sudah bergabung dalam konsorsium informasi identitas saat ini, yang menghubungkan transaksi yang terjadi di seluruh dunia dan membagikan informasi konsumen internasional antar bisnis, lintas sektor dan batas negara.
Namun, meskipun sangat ingin melakukannya, ada kurang dari setengah responden yang mengambil langkah aktif untuk melawan penipuan bersama-sama dengan cara berpartisipasi dalam forum industri dan pertukaran pengetahuan (47%), berinvestasi dalam solusi teknologi yang memudahkan pertukaran data yang aman (46%), serta bermitra dengan lembaga penegak hukum untuk pembagian informasi (46%).
Pada saat ini, 83% dari responden yang mengikuti survei percaya bahwa organisasi merasa terlalu khawatir dalam mempertahankan keunggulan kompetitif untuk berpartisipasi dalam kolaborasi melawan penipuan. Selain itu, hampir 4 dari 5 (79%) percaya bahwa upaya yang dilakukan oleh pemerintah global masih belum cukup untuk mendukung kolaborasi lintas sektor.
Sumber: