Ratusan Warga Pesisir Barat Seluma Gelar Unjuk Rasa di Simpang Enam Seluma, Masih Tolak Tambang Pasir Besi

Ratusan Warga Pesisir Barat Seluma Gelar Unjuk Rasa di Simpang Enam Seluma, Masih Tolak Tambang Pasir Besi

Ratusan warga demo tolah tambang pasir besi (tri suparman)--

"Kami warga pesisir Barat menuntut agar Pemerintah, baik Pemerintah kabupaten (Pemkab) Seluma hingga Pemerintah Pusat. Agar dapat memperhatikan hak kami. Karena keberadaan tambang pasir besi memiliki dampak buruk bagi kami masyarakat pesisir," sampai Zemi.

 

Zehmi juga mengatakan, bahwa masyarakat akan terus konsisten untuk melakukan aksi serupa. Jika perusahaaan tambang pasir besi yang berada di Desa Pasar Seluma masih tetap beroperasi. Walaupun pada saat ini perusahaan tersebut sedang berhenti, karena mesinnya rusak. Namun jika lengah maka bisa saja nantinya pihak perusahaan diam-diam alat tersebut dioperasikan jika masyarakat lengah.

 

"Kami tidak akan berhenti melakukan aksi, jika perusahaan tersebut masih ada. Dengan adanya tambang tersebut. Kami menegaskan bahwa kami tidak percaya dengan pemerintah. Sampai perusahaan tersebut angkat kaki," tegasnya.

 

Diketahui jika, konflik antara masyarakat dan perusahaan tambang pasir besi milik PT Faminglevto Baktiabadi (FLBA) telah lama terjadi. Bahkan pada tahun 2023 yang lalu, warga sempat menutup akses pintu masuk untuk menuju ke lokasi perusahaan tambang pasir besi milik PT FLBA.

 

Penutupan tersebut dilakukan lantaran, pihak perusahaan PT FLBA hingga saat ini diduga belum melengkapi perizinan. Namun diam-diam pihak perusahaan sudah sering beroperasi di lokasi tambang pasir besi yang berada di Desa Pasar Seluma. 

 

BACA JUGA:Warga BS Diminta Waspada DBD, Kondisi Cuaca Tak Menentu

BACA JUGA:Bangun Rumah Warga Palak Siring Kedurang BS, Danramil 408-05 Manna Kerahkan Anggota

 

"Walaupun perizinan sudah ada, masyarakat akan tetap terus menolak. Karena dengan adanya keberadaan tambang pasir besi, maka akan berdampak buruk terhadap masyarakat sekitar. Mulai dari ancaman abrasi, hingga menghilangnya mata pencaharian. Seperti beremis dan menangkap ikan," tambah Hertoni.(ctr)

 

Sumber: