Jangan Ikuti Program Guru Penggerak, Bahaya !

Jangan Ikuti Program Guru Penggerak, Bahaya !

--

Oleh: Milma Yasmi, M.Pd.

Guru SMAN 1 Seluma, Guru Penggerak dan Penggerak Komunitas 

Pada saat ini, kita sangat merasakan dampak dari perubahan yang terjadi sangat cepat, begitu pula pada dunia pendidikan, baik kurikulum maupun cara pandang guru terhadap murid. Murid sekarang diajar oleh guru yang beda zaman, lalu bagaimana caranya bisa berdamai? akankah guru yang beda zaman dibebastugaskan? 

Fenomena ini ditangkap dengan sigap oleh tim pengembang kurikulum di Kemendikbudristek RI dalam bungkusan Episode Program Merdeka Belajar. Perubahan kurikulumpun perlahan digulirkan dengan tidak memaksa sekolah menerapkan langsung, bukan hanya itu, peluncuran program merdeka belajar oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi pada episode kelima memberikan layanan berupa Program Pendidikan Guru Penggerak. 

Filosofi Pendidikan (Paradigma dan Visi Guru Penggerak) 

Pola pendidikan yang dianut Pendidikan Guru Penggerak (PGP) menyiapkan guru siap mengikuti perubahan dan tantangan zaman. Guru dipersiapkan untuk melayani murid dan harus berpihak pada murid, berangkat dari mengubah sudut pandang guru sesuai dengan Filosofi Ki Hadjar Dewantara (KHD), pendidikan adalah menuntun anak, bukan menuntut. Semboyan KHD yang dikenal dengan Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karsa dan Tut wuri handayani.

Pada modul satu ini, pemikiran dibelokkan ke arah murid, murid, dan murid. Guru bukannya penguasa kelas ya? Guru dituntun mampu menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman dan bahagia. 

Lingkungan yang diubah akrab dengan budaya positif, secara langsung melibatkan diri dengan ide-ide yang selalu berpihak pada murid. Murid disiapkan untuk menjadi pemimpin masa depan yang mampu berlaku bijaksana dan bahagia. Pola pendidikan yang sangat lengkap dan keren, alur belajar yang digunakan yaitu alur MERRDEKA yang merupakan akronim dari mulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, refleksi terbimbing, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman, koneksi antar materi, dan aksi nyata. Ini pola belajar selama sembilan bulan menyirami guru penggerak dari angkatan 1 hingga 4, sedangkan angkatan selanjutnya hanya ditempuh selama enam bulan. Selanjutnya, guru akan diberikan kesempatan berdiskusi bersama pengajar praktik sebelum kegiatan lokakarya berlangsung. Terakhir akan ada panen karya dan komitmen sebagai guru penggerak.

Praktik Pembelajaran berpihak pada murid

Sebagaimana kita ketahui bahwa ada dua tipe pembelajaran yang sering dikenal yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran berpusat pada murid, pembelajaran berdiferensiasi merupakan suatu strategi yang dapat dilakukan oleh guru pada jenjang manapun. Pada saat guru mendesain pembelajaran, menekankan pembelajaran yang berpusat pada murid. Pada kesempatan ini kami mengenal lebih dalam tentang strategi pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi ada tiga tipe yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Sahabat guru sekalian pada langkah pertama menyiapkan pemetaan kebutuhan belajar murid terlebih dahulu apapun strategi diferensiasi yang dipilih. Murid-murid dibaca kemampuan awalnya, gaya belajarnya, dan sebagainya. 

Peran guru sebagai fasilitator dalam menemani tumbuh kembang murid yang bukanlah kertas kosong/ tabularasa, tidak mungkin memaksa ikan bisa terbang ataupun sebaliknya burung bisa berenang.

Terkait gaya belajar murid ada hal menarik dari buku Sekolahnya Manusia oleh Munif Chatib, bahwa ketidaksesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar murid yang membuat pelajaran tidak mampu dicerna murid. Inipun yang menjadi pengalaman kami saat di kelas. 

Apabila komunikasi yang tidak mampu dicerna oleh murid akan berakibat fatal, bahkan bisa didemo murid atau tidak tercipta suasana pembelajaran yang menarik maupun menyenangkan. 

Begitu juga sebaliknya, apabila guru dan murid sudah On Click semua pelajaran akan terasa sangat mudah dan menyenangkan. Inilah yang disebut quantum oleh Bobbi DePotter bahwa setiap guru akan masuk ke dunia murid sehingga murid merasa nyaman dan tidak takut gagal dalam belajar. 

Sumber: