Dampak Kenaikan BBM, Proyek Ikut Terancam Molor

 Dampak Kenaikan BBM, Proyek Ikut Terancam Molor

Kadis PU PR Seluma--

 

 

PEMATANG AUR - Kkenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan kerap terjadinya antrian panjang  di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). tak hanya terdampak bagi para nelayan. Bahkan juga terdampak pada pengerjaan sejumlah proyek paket kegiatan yang didanai Anggaran Pendapatan Belanja (Daerah APBD). Bahkan sejumlah kontraktor pun kesulitan mendapatkan material tepat waktu, lantaran armada truk non perusahaan yang mengangkut material kesulitan mendapatkan BBM jenis bio solar di SPBU.

 

"Masalah kenaikan BBM ini jelas sedikit banyaknya ada berpengaruh terhadap kegiatan yang kita pihak ketigakan," sampai Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Seluma, Muhammad Saipullah, SE ST saat dikonfirmasi Radar Seluma.

 

Dikatakan Saipullah, walaupun progres pekerjaan fisik yang didanai APBD maupun APBN di klaim Dinas PUPR Kabupaten Seluma pada saat ini rata-rata telah mencapai lebih 80 persen. Namun tidak sedikit para pelaksana kegiatan fisik mulai kelimpungan mengejar waktu penyelesaian pekerjaan. Menyusul kelangkaan bio solar yang didapat armada truk pengangkut material.

 

Hal ini lantaran sebagian besar armada truk yang mengangkut material pasir dan batu yang menumpuk di SPBU rata-rata milik perseorangan atau non perusahaan. Sehingga bahan bakar yang digunakan adalah bio solar yang harganya Rp 6.800 per liter. Dibandingkan dexlite yang harganya jauh lebih mahal Rp 17 ribu per liter.

 

"Dengan adanya penyesuaian harga BBM ini, tentu banyak material juga yang mengalami kenaikan. Namun dengan kondisi demikian, kegiatan di PU ini dapat selesai sesuai tempo yang telah sama-sama disepakati," harapnya.

 

Selain itu salah seorang pelaksana proyek kegiatan fisik di Kabupaten Seluma, Revizon juga mengaku. Jika kegiatan proyek yang sedang dikerjakannya ikut terdampak dengan kenaikan harga BBM saat ini. Akibat terlambatnya material yang masuk sedangkan para tenaga kerja dituntut menyelesaikan pekerjaan tepat waktu sesuai kontrak.

 

"Kalau kini terkendala, sebab kalau dulu BBM sulit tapi belum naik masih bisah dapat satu dam dengan harga satu satu. Tapi kalau kini sudah satu enam. Jadi gak bisa apa-apa. Mau gak mau pekerjaan harus selesai," sampainya.

 

Terkait dengan masukkan material menurutnya memang ada yang masih tepat waktu. Lantaran mobil pengangkut material yang stanbay. Akan tetapi masih juga ada mobil yang masih harus mencari minyak. Sehingga masih terbilang sulit.

 

"Harapan kami harga material dirap dapat dinaikkan mengikuti harga BBM sekarang. Terlebih lagi jika dalam proyek jalan yang memerlukan minyak industri," harapnya.(ctr)

 

 

 

Sumber: