Belajar Ikhlas dari Kisah Nabi Ibrahim AS
Radarseluma.disway.id - Belajar Ikhlas dari Kisah Nabi Ibrahim AS--
Reporter: Juli Irawan
Radarseluma.disway.id - Ikhlas merupakan inti dari segala amal ibadah dalam Islam. Tanpa keikhlasan, segala amal yang dilakukan oleh seorang hamba tidak akan bernilai di sisi Allah SWT, meskipun terlihat besar dan mengagumkan di mata manusia. Dalam sejarah kenabian, tidak ada kisah yang begitu menggambarkan makna ikhlas secara mendalam melebihi kisah Nabi Ibrahim 'alaihissalam. Beliau adalah sosok yang telah menapaki jalan tauhid sejati, mengorbankan segalanya demi cinta dan perintah Allah SWT, bahkan rela mengorbankan anak yang sangat dicintainya.
Artikel ini akan mengulas secara mendalam pelajaran ikhlas dari kisah Nabi Ibrahim, disertai dengan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW serta penjelasannya.
Nabi Ibrahim dan Jalan Ikhlas
Nabi Ibrahim AS adalah sosok teladan dalam hal tauhid dan penghambaan diri kepada Allah SWT. Beliau mendapat gelar Khalîlullâh (kekasih Allah) karena kesetiaannya dalam menunaikan perintah Allah tanpa ragu dan keluh. Salah satu ujian terbesar yang beliau alami adalah perintah untuk menyembelih putranya, Ismail AS.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat Ash-Shaffat ayat 102 berbunyi:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’” (QS. Ash-Shaffat: 102)
Ayat ini menggambarkan ketundukan total Nabi Ibrahim dan Ismail AS terhadap perintah Allah SWT. Tidak ada perlawanan, tidak ada pertanyaan “mengapa” atau “apa alasannya.” Mereka berdua tunduk penuh dengan keikhlasan.
BACA JUGA:Dzikir dan Takbir di Hari Tasyrik
Makna Ikhlas dalam Islam
Secara bahasa, ikhlas berarti murni dan bersih. Dalam istilah syar’i, ikhlas adalah mengarahkan seluruh niat dan amal hanya untuk mengharap ridha Allah SWT semata.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Bukhari dan Muslim yang mana berbunyi:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Artinya: "Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kisah Nabi Ibrahim AS memperjelas bagaimana beliau tidak melandasi amalnya dengan hawa nafsu atau popularitas, tetapi murni karena ketaatan kepada Allah SWT. Bahkan ketika beliau diperintahkan untuk meninggalkan istrinya, Hajar, dan anaknya Ismail di padang tandus Mekkah, beliau lakukan tanpa ragu.
Tingkat Tertinggi dari Keikhlasan
Ketika seseorang sanggup mengorbankan hal paling ia cintai karena Allah, maka itu adalah puncak keikhlasan. Allah SWT menguji Nabi Ibrahim AS dengan sesuatu yang sangat beliau cintai, yakni anak yang telah lama dinanti.
وَإِذِ ابْتَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا
Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu ia melaksanakannya. Allah berfirman: ‘Sesungguhnya Aku menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.’" (QS. Al-Baqarah: 124)
Allah memuji Ibrahim AS karena beliau mengikuti ujian itu dengan sempurna, termasuk ujian yang sangat berat—menyembelih anak sendiri. Allah tidak pernah menginginkan darah Ismail, namun menginginkan hati yang bersih dari ketergantungan kepada makhluk dan berserah total kepada Allah.
BACA JUGA:Larangan Puasa di Hari Tasyrik: Hikmah dan Penjelasan
Tanda-Tanda Keikhlasan Nabi Ibrahim AS
1.Tidak Menolak Perintah Allah:
Ketika diperintah menyembelih anaknya, beliau tidak ragu atau menunda. Ini menunjukkan tidak adanya kepentingan pribadi yang lebih besar dari perintah Allah.
2.Melibatkan Keluarga dalam Ketaatan:
Nabi Ibrahim tidak memaksa Ismail, tetapi menyampaikan mimpi itu dan berdialog. Ini menunjukkan bahwa beliau juga mengajarkan ikhlas kepada anaknya, bukan sekadar patuh buta.
3.Pasrah terhadap Ketetapan Allah:
Setelah usaha menyembelih dilakukan, Allah menggantikan dengan sembelihan lain. Ini adalah penghiburan sekaligus pembuktian bahwa Allah tidak menyia-nyiakan hamba yang ikhlas.
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
Artinya::“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. Ash-Shaffat: 107)
Pelajaran Ikhlas dari Kisah Ini
1.Ikhlas Butuh Ujian
Keikhlasan tidak bisa dibuktikan dengan kata-kata, tetapi melalui ujian. Setiap ujian adalah cermin keikhlasan kita dalam beribadah kepada Allah.
2.Cinta kepada Allah di Atas Segalanya
Nabi Ibrahim menunjukkan bahwa cinta kepada Allah harus lebih besar daripada cinta kepada anak, harta, bahkan nyawa sendiri.
3.Keikhlasan Melahirkan Kemuliaan
Karena keikhlasan itulah, Nabi Ibrahim menjadi tokoh yang didoakan sepanjang zaman oleh umat Islam:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَعَلَىٰ آلِ إِبْرَاهِيمَ
Artinya: “Ya Allah, berikanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim.”(HR. Bukhari dan Muslim doa dalam shalawat Ibrahimiyah)
BACA JUGA:Hari Tasyrik: Hari Makan, Minum, dan Berdzikir
Dari penjelasan diatas maka dapatlah kita disimpulkan bahwa Ikhlas adalah pondasi amal dalam Islam. Tanpa keikhlasan, amal sebesar apa pun tidak akan diterima. Nabi Ibrahim AS memberikan teladan agung bagaimana menundukkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT dengan ikhlas, tanpa syarat dan tanpa keluh. Melalui ujian berat yang beliau hadapi, kita belajar bahwa keikhlasan tidak hanya dibuktikan dengan lisan, tetapi dengan pengorbanan dan keteguhan hati dalam menghadapi ujian dari Allah.
Kisah Nabi Ibrahim AS adalah pelajaran nyata tentang ketauhidan dan keikhlasan. Dalam kehidupan modern yang penuh godaan pujian, popularitas, dan riya, kita sangat membutuhkan keteladanan beliau agar mampu menjernihkan niat dalam beribadah dan hidup hanya untuk Allah semata.
Semoga kita semua bisa meneladani keikhlasan Nabi Ibrahim AS dalam setiap sisi kehidupan kita, baik sebagai hamba, orang tua, pemimpin, maupun sebagai pribadi muslim. Sebab, hanya amal yang ikhlaslah yang akan sampai kepada Allah.
قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), ‘Sesungguhnya aku diperintahkan untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.’” (QS. Az-Zumar: 11)
Demikianlah penjelasan yang dapat kami sampaikan semoga bermanfaat buat kita semua. Aamiin. (djl)
Sumber: