Mengakhiri Bulan Dzulqa’dah dengan Taubat yang Tulus
Radarseluma.disway.id - Mengakhiri Bulan Dzulqa’dah dengan Taubat yang Tulus--
Artinya: “Setiap anak Adam pasti melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi, no. 2499)
Hadits ini menunjukkan sifat dasar manusia yang tak luput dari kesalahan. Namun Allah SWT memberikan jalan keluar, yakni dengan bertaubat. Bahkan, orang yang banyak melakukan kesalahan bisa menjadi manusia terbaik jika ia terus-menerus memperbaiki diri melalui taubat.
BACA JUGA:Menyikapi Ujian dengan Tawakal dan Bersabar di Dzulqa’dah
Dzulqa’dah: Waktu yang Tepat untuk Muhasabah dan Taubat
Bulan Dzulqa’dah, sebagai bulan haram, memiliki keutamaan dari sisi spiritual. Dalam bulan ini, dosa lebih berat timbangannya, dan amal baik lebih besar pahalanya. Oleh karena itu, ini adalah waktu yang sangat tepat untuk bermuhasabah (introspeksi diri) dan memperbanyak istighfar
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.” (QS. At-Taubah: 36)
Empat bulan haram itu adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Dalam bulan-bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, menjauhi perbuatan zalim dan maksiat, serta memperbanyak amal ibadah. Maka, sangat tepat jika kita mengakhiri bulan Dzulqa’dah ini dengan memperbanyak istighfar dan taubat yang tulus.
Syarat Taubat yang Diterima
Para ulama menjelaskan bahwa agar taubat diterima oleh Allah, harus memenuhi syarat-syarat berikut:
Ikhlas karena Allah:
Bertaubat karena mengharap ridha-Nya, bukan karena tekanan sosial atau kepentingan dunia.
Menyesali perbuatan dosa:
Penyesalan adalah inti dari taubat.
Berhenti dari perbuatan dosa:
Sumber: