Jejak Kerajaan Semendo: Dari Asal-Usul Hingga Runtuhnya Dinasti di Hulu Sumatra Selatan

Kamis 04-09-2025,15:30 WIB
Reporter : juliirawan
Editor : juliirawan

4. Raja Puyang Jati (abad ke-17)

Ia memperkuat hubungan dengan Kesultanan Palembang, bahkan beberapa sumber menyebut Semendo sempat menjadi daerah bawahan namun tetap mempertahankan otonomi adatnya.

5. Raja Puyang Sandar Alam (abad ke-18)

Masa pemerintahannya dikenal dengan penataan sistem adat tunggu tubang yang semakin mengakar.

6. Raja Puyang Mandera (awal abad ke-19)

Raja terakhir Semendo sebelum pengaruh kolonial Belanda mulai masuk dan mengakhiri kekuasaan tradisional kerajaan.

BACA JUGA:Jejak Sejarah Kerajaan Sekayu / Musi: Dinamika Kekuasaan di Bumi Uluan

Runtuhnya Kerajaan Semendo

Keruntuhan Kerajaan Semendo tidak terjadi secara mendadak, melainkan bertahap. Faktor utama penyebab runtuhnya adalah:

• Ekspansi Kesultanan Palembang dan Belanda. Semendo dipaksa tunduk di bawah hegemoni Palembang, lalu masuk dalam pengaruh kolonial Belanda pada awal abad ke-19.

• Perubahan jalur perdagangan. Hilangnya kendali atas distribusi kopi membuat kerajaan ini kehilangan sumber ekonomi utama.

• Disintegrasi internal. Sistem adat yang lebih menekankan pada otonomi marga menyebabkan persatuan politik melemah.

Pada pertengahan abad ke-19, Kerajaan Semendo secara resmi kehilangan status politiknya dan hanya bertahan dalam bentuk pemerintahan adat. Hingga kini, jejak kerajaan itu masih tampak dalam struktur adat Semendo, khususnya pada tradisi tunggu tubang dan sistem kekerabatan yang unik.

Dari penjelasan diatas maka dapat kita simpulkan bahwa Kerajaan Semendo adalah cermin dari dinamika kerajaan-kerajaan pedalaman Sumatra Selatan yang meski tidak sebesar Sriwijaya atau Palembang Darussalam, namun memiliki identitas khas dan kontribusi penting dalam sejarah lokal. Eksistensinya memperlihatkan bahwa kekuasaan di Nusantara tidak selalu berpusat pada kerajaan besar, melainkan juga lahir dari kearifan masyarakat adat yang mampu membangun tatanan sosial, ekonomi, dan budaya yang kuat.

Hari ini, Kerajaan Semendo mungkin hanya tinggal dalam kisah dan ingatan adat, namun nilai-nilai luhur yang diwariskan masih hidup dalam masyarakat. Tradisi tunggu tubang, kearifan agraris, dan semangat gotong royong adalah warisan langsung dari masa lalu yang perlu dijaga. Dengan menelusuri jejak Kerajaan Semendo, kita bukan hanya mempelajari sejarah, tetapi juga menghargai akar budaya yang membentuk identitas masyarakat Sumatra Selatan. (djl)

Kategori :