Mengenal Lebih Dekat Pakaian Adat Pengantin Palembang: Keanggunan Aesan Gede dan Keelokan Aesan Paksangko

Selasa 02-09-2025,11:30 WIB
Reporter : juliirawan
Editor : juliirawan

Reporter: Juli Irawan Radarseluma.disway.id -Indonesia adalah negeri yang terkenal dengan ragam budaya dan tradisinya. Setiap daerah memiliki ciri khas yang membedakan satu dengan yang lain, termasuk dalam hal busana pernikahan. Palembang, sebagai ibu kota Sumatera Selatan, memiliki warisan budaya yang begitu kuat dan sarat makna. Salah satu wujud kearifan lokal tersebut tampak dalam pakaian adat pengantin yang dikenal dengan Aesan Gede dan Aesan Paksangko. Kedua jenis busana ini tidak hanya indah dipandang, tetapi juga sarat nilai filosofis yang merefleksikan sejarah, adat, serta keagungan masyarakat Palembang.

Dalam sebuah pernikahan adat Palembang, busana pengantin bukan sekadar pakaian, melainkan lambang kebesaran, kehormatan, dan kemurnian cinta yang dipersatukan. Oleh sebab itu, memahami lebih dekat Aesan Gede dan Aesan Paksangko berarti juga memahami bagaimana masyarakat Palembang menjunjung tinggi nilai budaya leluhurnya.

Aesan Gede: Lambang Keagungan dan Kebesaran

Aesan Gede adalah pakaian adat pengantin Palembang yang paling megah. Nama "Aesan Gede" sendiri berasal dari kata “Aesan” yang berarti “hiasan” dan “Gede” yang berarti “besar” atau “agung”. Sejak zaman dahulu, pakaian ini dipakai oleh kaum bangsawan dan keturunan raja. Hal ini membuat Aesan Gede identik dengan simbol kekuasaan, kejayaan, dan kebangsawanan.

Ciri khas Aesan Gede adalah penggunaan warna emas yang mendominasi. Busana ini dihiasi dengan berbagai ornamen perhiasan seperti kalung kebo munggah, kalung jangkat, pending, gelang kano, serta mahkota menyerupai siger yang menjulang tinggi. Tidak hanya mempercantik tampilan, perhiasan tersebut juga melambangkan kemewahan dan kemakmuran.

Pada pengantin perempuan, Aesan Gede dilengkapi dengan songket Palembang—kain tenun tradisional yang dibuat dari benang emas dan perak. Motif songket yang dipilih biasanya berbentuk flora, fauna, dan geometris yang sarat makna filosofi. Misalnya, motif bunga melati melambangkan kesucian, sementara motif burung garuda melambangkan keberanian.

Sedangkan pada pengantin pria, busana Aesan Gede terdiri dari baju beludru berwarna merah marun atau hitam dengan hiasan benang emas, celana panjang, serta kain songket yang diselempangkan. Kepala pengantin pria dihiasi mahkota atau kopiah emas yang menegaskan wibawa dan keagungan.

BACA JUGA:Keagungan Aesan Gede Warisan Busana Adat Palembang Yang Penuh Filosofi

Aesan Paksangko: Elegan dan Sederhana Namun Berwibawa

Jika Aesan Gede identik dengan kemegahan, maka Aesan Paksangko hadir dengan kesan lebih sederhana namun tetap anggun. Kata “Paksangko” berarti “pakai sanggul” atau “bermahkota kecil”. Sesuai dengan namanya, busana ini biasanya dikenakan oleh kalangan yang lebih luas, tidak terbatas pada bangsawan.

Aesan Paksangko menonjolkan keanggunan pengantin melalui perpaduan busana yang sederhana, elegan, dan tidak terlalu sarat ornamen. Ciri khasnya adalah penggunaan sanggul malang pada pengantin perempuan, dihiasi bunga segar seperti melati atau bunga tabur. Hiasan kepala ini tidak semegah mahkota Aesan Gede, namun tetap menampilkan kesopanan dan kelembutan.

Busana pengantin perempuan dalam Aesan Paksangko biasanya terdiri dari kebaya berbahan beludru atau kain sutra berwarna cerah, yang dipadukan dengan kain songket Palembang bermotif khas. Sementara perhiasan yang dikenakan lebih sedikit, biasanya berupa kalung, gelang, dan giwang.

Pengantin pria mengenakan baju kurung dengan bawahan kain songket, serta kopiah atau tanjak sederhana. Perpaduan ini memberikan kesan wibawa namun tetap bersahaja, sehingga Aesan Paksangko sering disebut sebagai lambang keanggunan yang membumi.


Radarseluma.dusway.id - Mengenal Lebih Dekat Pakaian Adat Pengantin Palembang: Keanggunan Aesan Gede dan Keelokan Aesan Paksangko

Filosofi dan Makna Pakaian Aesan Gede dan Aesan Paksangko

Kedua pakaian adat ini tidak hanya menunjukkan keindahan visual, tetapi juga mengandung filosofi mendalam.

• Aesan Gede melambangkan kejayaan, kebesaran, dan kekuatan. Warna emas dan perhiasan yang berlimpah merepresentasikan kemakmuran dan martabat tinggi. Dalam konteks pernikahan, busana ini mengandung doa agar rumah tangga yang dibangun penuh keberkahan, keluhuran, serta kejayaan.

• Aesan Paksangko melambangkan kesederhanaan, ketulusan, dan kesopanan. Walaupun tidak semewah Aesan Gede, busana ini tetap memancarkan kewibawaan dan keteguhan. Filosofinya adalah agar pasangan pengantin dapat membangun rumah tangga dengan penuh kerendahan hati, kesetiaan, serta kebersamaan yang harmonis.

Kategori :