Dengan demikian, kedua busana tersebut adalah simbol keseimbangan: Aesan Gede mengajarkan tentang keagungan, sementara Aesan Paksangko menekankan pentingnya kesederhanaan.
Perbedaan Aesan Gede dan Aesan Paksangko
Secara garis besar, terdapat beberapa perbedaan mendasar antara keduanya:
1. Tingkat Kemewahan
• Aesan Gede lebih megah dengan dominasi emas dan perhiasan.
• Aesan Paksangko lebih sederhana dengan ornamen minimalis.
2. Penggunaan Sejarah
• Aesan Gede dulunya hanya dikenakan oleh kalangan bangsawan.
• Aesan Paksangko dapat dipakai oleh masyarakat umum.
3. Hiasan Kepala
• Aesan Gede menggunakan mahkota besar (sigar) yang menjulang tinggi.
• Aesan Paksangko menggunakan sanggul dengan hiasan bunga.
4. Makna Filosofis
• Aesan Gede menekankan kebesaran, kejayaan, dan martabat.
• Aesan Paksangko menekankan kesederhanaan, ketulusan, dan kesopanan.
Wilayah yang Menggunakan Aesan Gede dan Aesan Paksangko
Secara umum, kedua pakaian ini adalah busana khas pengantin dari Palembang, Sumatera Selatan. Namun, penggunaannya tidak hanya terbatas di Palembang saja. Dalam perkembangannya, masyarakat di daerah sekitar seperti Banyuasin, Ogan Ilir, Musi Banyuasin, Prabumulih, hingga Ogan Komering Ilir (OKI) juga banyak menggunakan kedua jenis pakaian ini, khususnya dalam upacara pernikahan adat yang masih menjunjung tinggi tradisi Palembang.