Benteng Marlborough: Jejak Kolonial, Makam Misterius Thomas Parr, dan Kebanggaan Sejarah Bengkulu

Selasa 19-08-2025,16:00 WIB
Reporter : juliirawan
Editor : juliirawan

• Lorong bawah tanah untuk pelarian dan penyimpanan senjata.

• Sudut pengintai yang memungkinkan pengawasan 360 derajat.

 

• Meriam besar sebagai penjaga pertahanan pantai.

BACA JUGA:Tiga Pahlawan Pengibar Sang Saka Merah Putih Pertama 17 Agustus 1945: Jejak Kepahlawanan yang Terlupakan

Soekarno dalam Pengasingan

Benteng Marlborough erat kaitannya dengan masa pengasingan Ir. Soekarno di Bengkulu (1938–1942). Meski Soekarno tinggal di rumah pengasingan, pengawasan terhadap aktivitasnya dilakukan dari benteng ini. Di masa inilah ia bertemu dengan Fatmawati, perempuan Bengkulu yang kelak menjadi Ibu Negara dan penjahit  Sang Saka Merah Putih pertama.

Lorong, Sudut, dan Makna Filosofis

• Lorong bawah tanah melambangkan strategi perang dan penderitaan rakyat pekerja paksa.

• Sudut pengintai simbol kekuasaan penjajah, namun kini saksi keteguhan rakyat.

 

• Dinding tebal menjadi lambang kekuatan kolonial yang tak mampu membendung semangat kemerdekaan.

Kisah Thomas Parr

Thomas Parr adalah salah satu Gubernur Inggris di Bengkulu pada awal abad ke-19. Ia dikenal sebagai sosok yang keras dan otoriter terhadap rakyat Bengkulu. Kebijakannya yang menindas, terutama dalam memaksakan monopoli perdagangan, menimbulkan kebencian mendalam di kalangan masyarakat.

Pada tahun 1807, kemarahan rakyat Bengkulu memuncak. Mereka melakukan perlawanan yang dikenal sebagai Peristiwa Berdarah Bengkulu. Dalam peristiwa ini, Thomas Parr tewas terbunuh oleh rakyat yang menyerbu kediamannya.

Sebagai penghormatan (dan juga simbol kuasa Inggris), jenazah Thomas Parr kemudian dimakamkan di dalam kompleks Benteng Marlborough. Hingga kini, nisannya masih bisa ditemukan dan menjadi salah satu daya tarik sejarah yang sarat makna.

Selain makam Thomas Parr, ada pula makam beberapa pejabat dan prajurit East India Company lain, yang sebagian besar meninggal karena penyakit tropis yang mewabah kala itu. Nisan-nisan tersebut bergaya Eropa klasik, dengan inskripsi berbahasa Inggris.

BACA JUGA:Kapten Latief Hendraningrat: Pahlawan Pengibar Merah Putih Pertama 17 Agustus 1945

Peninggalan di dalam Benteng

Kategori :