Bangsa ini tidak akan pernah benar-benar merdeka jika para pemimpinnya masih menjadi hamba harta. Karena hakikatnya, perbudakan kepada dunia adalah belenggu yang membuat bangsa terpuruk.
Refleksi 80 Tahun Indonesia Merdeka
Menjelang 80 tahun Indonesia merdeka, mari kita bercermin. Apakah bangsa ini sudah bebas dari penjajahan dosa? Apakah rakyat sudah sejahtera, atau justru semakin terjajah oleh korupsi, kesenjangan sosial, dan ketidakadilan?
Kemerdekaan yang diperjuangkan para pahlawan dengan darah dan air mata jangan sampai ternodai oleh pengkhianatan anak bangsa sendiri.
Dari penjelasan diatas maka dapatlah kita simpulkan bahwa Kemerdekaan sejati bukan sekadar lepas dari penjajah asing, tetapi bebas dari penjajahan dosa. Korupsi, kemewahan pejabat di tengah rakyat miskin, dan ketidakadilan adalah bukti bahwa bangsa ini belum benar-benar merdeka.
Bangsa yang merdeka adalah bangsa yang adil, beriman, dan bertakwa. Jika rakyat dan pemimpin sama-sama menundukkan diri kepada Allah, meninggalkan dosa, dan menegakkan keadilan, barulah Indonesia benar-benar merdeka.
Kemerdekaan adalah amanah. Ia harus dimaknai lebih dari sekadar seremoni tahunan. Mari kita menggugat kemerdekaan diri kita: apakah sudah bebas dari dosa, atau masih diperbudak oleh hawa nafsu?
Allah SWT mengingatkan:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَٰمَةِ أَعْمَىٰ
Artinya: “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Ṭāhā: 124)
Semoga peringatan kemerdekaan ini menjadi momentum untuk meraih kemerdekaan hakiki: terbebas dari dosa, dari korupsi, dari ketidakadilan, dan hanya tunduk kepada Allah semata. (djl)