Mengapa cinta penting dalam hijrah? Karena hanya cinta yang bisa melahirkan pengorbanan. Para sahabat Nabi seperti Bilal bin Rabah, Sumayyah, dan keluarga Yasir rela disiksa bahkan mati demi mempertahankan keimanan. Mereka hijrah karena cinta kepada Allah, bukan karena ingin mencari popularitas, keuntungan materi, atau pujian manusia.
Cinta kepada Allah menjadikan seseorang rela menahan kantuk demi tahajud, menahan lapar demi puasa, menahan amarah demi kesabaran, serta menahan diri dari ghibah dan maksiat. Hijrah seperti inilah yang membuahkan kemuliaan, sebagaimana firman Allah:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّـهِ أُولَـٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّـهِ ۚ وَاللَّـهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah, dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
(QS. Al-Baqarah: 218)
Kisah Cinta dalam Hijrah: Umar bin Khattab dan Mush'ab bin Umair
Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu ketika hijrah, dengan gagah dan terbuka, meninggalkan tanah kelahirannya karena cintanya kepada Islam. Sementara Mush’ab bin Umair, pemuda kaya yang tampan, rela meninggalkan seluruh kemewahan hidup karena cintanya kepada dakwah Rasulullah. Bahkan saat wafat sebagai syuhada di Perang Uhud, kain kafannya pun tak cukup untuk menutupi seluruh tubuhnya.
Cinta seperti inilah yang harus menjadi inspirasi kita: cinta yang memuliakan, bukan memanjakan. Cinta yang membimbing pada pengorbanan, bukan cinta yang hanya manis dalam kata.
BACA JUGA:Belajar dari Keteguhan Hati Sahabat dalam Menjaga Istiqamah Hijrah
Cinta yang Menggerakkan Perubahan
Hijrah sejati adalah proses perubahan yang berawal dari cinta. Tanpa cinta kepada Allah dan Rasul, hijrah hanyalah sebuah perubahan perilaku tanpa kekuatan ruhani. Dengan cinta, hijrah menjadi langkah penuh berkah, melahirkan ketenangan, dan membuahkan keteguhan iman.
Mari Hijrah dengan Cinta yang Tulus
Di tengah era modern yang penuh godaan dan distraksi, mari kita bangun hijrah kita atas dasar cinta yang murni. Jadikan Allah sebagai tujuan utama, dan Rasulullah sebagai teladan hidup. Hijrah dengan cinta bukan hanya mengubah gaya hidup, tapi juga membentuk jiwa yang sabar, ikhlas, dan istiqamah.
Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang berhijrah karena cinta, dan kelak dikumpulkan bersama orang-orang yang kita cintai di sisi-Nya, di surga-Nya yang kekal abadi. Aamiin. (djl)