Evaluasi Ibadah: Sudahkah Maksimal?

Kamis 05-06-2025,11:00 WIB
Reporter : juliirawan
Editor : juliirawan

Artinya: "Sesungguhnya setiap amal tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Jika ibadah dilakukan untuk pujian, gengsi, atau sekadar rutinitas tanpa hati yang hadir, maka nilainya bisa gugur di sisi Allah.

2. Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW 

Ibadah harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW agar sah dan diterima.

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ 

Artinya: "Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amalan itu tertolak." (HR. Muslim)

Artinya, meskipun niatnya baik, jika caranya menyimpang dari syariat, ibadah tersebut tidak diterima.

3. Dikerjakan dengan Khusyuk dan Penuh Kesungguhan

Khusyuk adalah ruh dari ibadah. Tanpa kekhusyukan, ibadah bisa menjadi rutinitas kosong.

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ، الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ

Artinya: "Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya." (QS. Al-Mu’minun: 1-2)

Menghadirkan hati dalam ibadah menuntut latihan dan kesadaran bahwa kita sedang menghadap Allah.

BACA JUGA:Menata Hati dan Niat di Akhir Zulhijjah

Evaluasi Praktis: Tanya Diri Sendiri

Untuk mengevaluasi ibadah, kita bisa bertanya:

* Apakah saya menjaga shalat lima waktu tepat waktu dan berjamaah?

* Apakah saya memahami makna bacaan dalam shalat?

* Apakah saya rutin membaca dan mengkaji Al-Qur’an?

* Apakah saya memperhatikan hak orang lain dan menjauhi dosa-dosa hati?

Kategori :