Niat bisa berubah, maka selalu introspeksi saat beramal.
* Jauhi pujian manusia.
Jangan menjadikan amal sebagai alat pencitraan.
*:Berdoa kepada Allah.
Minta keikhlasan sebagaimana Nabi Ibrahim memohon sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim ayat 40 yang mana berbunyi:
رَبِّ ٱجْعَلْنِى مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِى ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ
Artinya: Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap melaksanakan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (QS. Ibrahim: 40)
BACA JUGA:Hikmah di Balik Ibadah Haji Bagi Umat Muslim
Dari penjelasan di atas maka dapatlah kita simpulkan bahwa Kisah Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS adalah cermin keikhlasan dan kepasrahan total kepada kehendak Allah. Sebuah pelajaran abadi yang bukan hanya menjadi dasar dari ibadah qurban, tetapi juga menjadi panduan hidup bagi setiap Muslim. Keikhlasan menjadikan amal bernilai, bahkan menjadikan manusia mencapai maqam tertinggi dalam kedekatannya dengan Allah SWT.
Sebagai umat Islam, mari kita mengambil teladan dari kisah ini dengan terus memperbaiki niat dalam setiap amal, memperkuat tauhid dalam hati, dan mendidik anak-anak kita dengan nilai keimanan dan keikhlasan yang kuat.
Setiap tahun umat Islam memperingati peristiwa agung ini melalui ibadah qurban. Namun sejatinya, inti dari qurban bukan sekadar menyembelih hewan, melainkan menyembelih ego, hawa nafsu, dan ambisi duniawi yang menghalangi keikhlasan. Meneladani keikhlasan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail bukanlah cerita masa lalu, tapi pedoman hidup untuk masa kini dan masa depan. Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang ikhlas dan sabar, seperti mereka yang telah Allah pilih menjadi panutan bagi seluruh umat. (djl)