Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Ibadah haji menanamkan nilai bahwa kemuliaan bukan terletak pada harta, jabatan, atau keturunan, tetapi pada takwa.
Hikmah Sejarah: Napak Tilas Para Nabi
Setiap rangkaian ibadah haji adalah napak tilas perjuangan para nabi, khususnya Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, Hajar, dan Ismail. Sa’i antara Shafa dan Marwah mengingatkan kita pada perjuangan Siti Hajar mencari air untuk bayinya, yang kemudian diabadikan oleh Allah sebagai bagian dari ibadah.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 158 yang berbunyi:
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ
Artinya: “Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah.” (QS. Al-Baqarah: 158)
Melalui napak tilas ini, umat Islam diajak merenungkan keteladanan dan kesabaran keluarga Nabi Ibrahim dalam menjalani perintah Allah. Ini menjadi teladan dalam membina keluarga yang taat dan tawakal.
Hikmah Moral: Latihan Kesabaran dan Kedisiplinan
Ibadah haji memerlukan kesiapan fisik dan mental. Jamaah harus sabar menghadapi antrian panjang, kepadatan manusia, suhu panas, serta ketentuan-ketentuan ibadah yang ketat. Semua ini mendidik jiwa untuk terbiasa disiplin, tertib, dan sabar.
Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Bukhari dan Muslim yang mana berbunyi:
مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمٍ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
Artinya: “Barangsiapa berhaji lalu tidak berkata keji dan tidak berbuat fasik, maka ia akan kembali seperti saat dilahirkan oleh ibunya (bersih dari dosa).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa selain ritual, haji juga adalah ujian moral. Mereka yang mampu mengendalikan diri selama berhaji akan meraih kemuliaan ampunan dari Allah.