Pratikno dan Ari dikatakan merupakan akademisi, guru, rekan, dan sahabat yang mengajarkan demokrasi di dalam kelas. Tapi, menurut dia, pada akhirnya demokrasi yang diajarkan mereka tak sejalan dengan praktiknya.
"Oleh karena itu kami segenap keluarga besar civitas akademika DPP (Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM) menyampaikan permintaan maaf yang sebesar-besarnya atas apa yang terjadi hari-hari ini dan melibatkan civitas akademika kami," ucap Rubiansyah.
Mereka kemudian menyerukan agar Pratikno dan Ari untuk 'pulang' sebagai akademisi maupun penjaga pilar demokrasi.
"Hari ini kami berseru bersama, kembalilah pulang. Kembalilah membersamai yang tertinggal, yang tertindas, yang tersingkirkan. Kembalilah ke demokrasi, dan kembalilah mengajarkan kepada kami dengan kata dan perbuatan," kata Rubiansyah dengan nada tegas.
BACA JUGA:Gara-Gara Ayam dan Cinta di Tolak, Satu Keluarga di Bunuh! Begini Kronologinya
Kepala DPP Fisipol UGM Abdul Gaffar Karim yang juga hadir dalam aksi itu mengatakan bahwa kegiatan hari ini merupakan bentuk kepedulian politik. Kampus, kata dia, punya kewajiban sebagai penyeimbang dan kontrol terhadap kekuasaan.
"Yang dilakukan oleh teman-teman mahasiswa tadi adalah bentuk dari kontrol itu. Tapi mereka juga menyampaikan hal khusus yaitu kerinduan mereka agar kedua dosen mereka bisa kembali ke demokrasi. Yang saya tangkap ya tentu saja kembali menjadi akademisi kembali menjadi kontrol politik dan kekuasaan," kata Gaffar.
Dia melanjutkan, aksi ini juga bentuk respons terhadap kabar Pratikno dan Ari yang digambarkan sebagai aktor yang merekayasa sejumlah langkah politik.