NANJING, CHINA, Radar Seluma.Disway.Id - Pada tanggal 17 November,I di Tiongkok, Evan Kail, pemilik pegadaian Amerika yang menyumbangkan album berisi foto kekejaman yang dilakukan oleh Tentara Jepang pada Perang Dunia Imemperbarui arsip elektronik lengkap dari album dan menerbitkan artikel panjang berjudul "Through the Storm" di situs pribadinya. Artikel ini menceritakan perjalanannya selama setahun terakhir.
BACA JUGA:Eksklusivitas Lamborghini Aventador SVJ Keajaiban Super Sport Terkini dengan Teknologi Canggih
BACA JUGA:10 Fakta Menarik Lamborghini Sain yang Memikat Pecinta Otomotif dengan Sistem Hybrid Efisien
Orang-orang mengambil bagian dalam nyala lilin untuk memperingati para korban Pembantaian Nanjing pada Hari Peringatan Nasional yang kesepuluh--
Tahun lalu, Kail mengaku telah menemukan "bukti baru Pembantaian Nanjing", sehingga memicu wacana global untuk "memikirkan kembali fakta sejarah Pembantaian Nanjing" melalui media sosial. Temuannya mendapat perhatian luas di seluruh dunia.
Dalam artikelnya, Kail dengan jujur mengakui menghadapi banyak tantangan dalam pencariannya akan kebenaran namun menegaskan bahwa, jika diberi kesempatan, "Jika saya harus mengulanginya lagi, saya tidak akan melakukan hal yang berbeda."
Menjelang akhir artikel, ia mengutip sebuah baris dari surat ucapan terima kasih yang diterimanya dari Konsulat Jenderal Tiongkok di Chicago tahun lalu: "Sejarah berfungsi sebagai cermin bagi masyarakat saat ini dan donasi Anda tentunya menginspirasi semua orang yang memiliki hati yang baik untuk menjaga perdamaian." Kail mengungkapkan bahwa dia membaca surat ini setiap kali dia merasa sedih, menggunakannya sebagai pengingat untuk berani menghadapi badai.
Pencarian kebenaran tidak pernah mudah, sehingga mendorong kita untuk mengalihkan fokus kita ke belahan dunia lain. Di kota Nanjing, Tiongkok, Balai Peringatan para korban Pembantaian Nanjing oleh Tentara Jepang berdiri sebagai monumen khidmat di lokasi terjadinya kekejaman. "Tembok Ratapan" di tugu peringatan tersebut adalah batu nisan bersama untuk 300.000 korban pembantaian tersebut.