Setelah itu, Hamzah kembali terlibat dalam pertempuran, yakni dalam Perang Uhud, yang merupakan lanjutan dari Perang Badar antara kaum Muslim dengan kaum Quraisy.
Dalam pertempuran yang berlangsung pada 625 ini, kaum Quraisy membawa lebih dari 3.000 pasukan yang terdiri atas 200 pasukan berkuda, 700 pasukan unta, dan pasukan pejalan serta pemanah.
Sementara kaum Muslimin yang dipimpin oleh Nabi Muhammad membawa sekitar 1.000 pasukan gabungan dari umat Islam di Madinah.
Tokoh yang menjadi sasaran utama dalam pertempuran ini adalah Nabi Muhammad dan Hamzah bin Abdul Muthalib. Rencananya, Hamzah akan ditangkap secara keji oleh seorang budak bernama Wahsyi bin Harb, yang dikirim kaum kafir Quraisy. Wahsyi diberi tugas untuk menangkap Hamzah dan apabila berhasil, ia akan dibebaskan dari perbudakan.
Akhirnya kedua pasukan ini bertemu di dekat Jabal Uhud dan terjadilah pertempuran hebat. Hamzah memimpin sebagian kaum Muslimin dan mulai menyerang dari arah kiri serta kanan.
BACA JUGA:Menghindari Konsumsi Gula Tinggi dan Menjaga Pola Makan Sehat!
Seluruh pasukan kaum Muslimin bergerak maju secara serentak, sampai akhirnya puncak kemenangan sudah hampir dicapai oleh kaum Muslimin.
Meskipun kemenangan dirasa sudah dekat, Nabi Muhammad meminta agar pasukan tetap berjaga di atas Bukit Uhud, tetapi perintah ini tidak dihiraukan. Pasukan Islam justru sibuk memungut harta benda kaum Quraisy yang tertinggal. Kondisi ini ternyata dimanfaatkan oleh kaum kafir Quraisy sebagai peluang untuk melancarkan serangan balik.
Wafat Sejak Perang Uhud dimulai, Wahsyi terus mengawasi pergerakan Hamzah bin Abdul Muthalib. Ketika kaum kafir Quraisy melancarkan serangan balik, ia segera mengambil ancang-ancang kemudian melempar tombaknya dari arah belakang. Tombak itu mengenai bagian pinggang bawah Hamzah sampai tembus ke bagian depan.
Hamzah masih berusaha bangkit dan berjalan ke arah Wahsyi, tetapi akhirnya meninggal dunia. Hamzah bin Abdul Muthalib gugur dalam Perang Uhud sebagai syahid (orang yang tewas karena berperang di jalan Allah). Menurut kisah, tubuh Hamzah sudah tidak lagi utuh saat ditemukan. Badannya sudah dirobek dan hatinya telah diambil, diduga oleh Wahsyi, sebagai wujud janjinya kepada kaum kafir Quraisy. Nabi Muhammad sangat bersedih begitu melihat jasad Hamzah bin Abdul Muthalib dan segera menyalatkannya. Tubuh Hamzah kemudian dibalut dengan kain kafan yang dibawakan oleh saudarinya, Shafiyah.
Nabi Muhammad kemudian memberinya gelar Sayyid al-Syuhada, yang artinya pemimpin para syahid (orang-orang yang wafat karena berjuang di jalan Allah).