"Ini contoh buruk anak usaha BUMN yang harus jadi perhatian Menteri BUMN, Erick Tohir setelah induknya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk didera masalah lantaran membuat rekayasa laporan keuangan," papar Yusri.
BACA JUGA:Remis, Sumber Nutrisi Tinggi,salah satu kuliner yang Wajib Dicoba untuk Kesehatan Anda
BACA JUGA:Selain Emas, Seluma Penghasil Batu Bara
Dia menyebut Kementerian BUMN sendiri sudah melayangkan surat untuk segera ditindaklanjuti dengan proses audit. Mengacu pada indikator yang sudah ditetapkan, ada beberapa bagian yang ditemukan tidak wajar, maka diperlukam audit BPKP untuk memperdalam dugaan tersebut.
"Pak Tiko (Wamen BUMN II Kartika Wirjoatmodjo) sudah ngomong di media, mungkin dia sudah menemukan indikatornya, dari mempelajari indikatornya, kok kelihatan kurang wajar, nah itu minta ke kami untuk diperdalam, mereka minta dua hari lalu jadi kami baru mempelajarinya," ungkapnya.
Saham Wijaya Karya
Menilik derita ribuan konsumen Benhil Central tersebut, Yusri Usman membeberkan, dari penelusuran CERI dilaman Ditjen AHU Kemenkumhan, PT Kurnia Jaya Realty dalam akta perusahaan terakhir menyatakan modal disetor sejumlah Rp 40.270.000.000.
Saham terbanyak di PT Kurnia Realty Jaya dimiliki oleh PT Wijaya Karya Realty dengan kepemilikan 45.690 lembar saham dengan total nilai Rp 22.845.000.000. Kemudian, PT Kurnia Rejeki Gemilang mengantongi 31.046 lembar saham dengan nilai total Rp 15.523.000.000.