Tibet dan sebagian warga Mongol yang menganut Buddhisme Vajrayana, meyakini adanya transmigrasi roh setelah kematian. Jadi ketika sudah mati, maka ada transformasi toh. Dan tinggal jasadnya yang kemudian dirasa tidak ada gunakanya untuk dilestarikan atau dikubur.
Penganut keyakinan ini, akhirnya mereka membuang jenazah melalui pemakaman langit.
Kalau di Indonesia, pemakaman ini tiduk umum. Indonesia baru menegal dikubur atau dikramasi dan dilarungkan atau dibkar.
Namun kalau jenazah yang kemudian diberikan ke burung, belum ada di Indonesia.
Saat daging yang sudah disayat itu akan diberikan ke burung, seorang biarawan terpercaya membacakan mantra dan membakar dupa.
BACA JUGA: 107.968 Jumlah Individu, 36.529 Jumlah Keluarga DTKS BS. Data di Dinsos Bengkulu Selatan
Tak butuh waktu lama, burung pemakan bangkai yang lapar akan langsung datang dan mulai emmakan dagingnya.
Kenapa harus di puncak gunung? Ternyata, puncak gunung dianggap tempat atau jalan masuk menuju nirwana. Kalau di Tibet, mereka percaya tidak ada reinkarnasi setelah meninggal. Jasad yang telah meninggal tak ada artinya lagi dan pada akhirnya akan kembali ke alam, baik melalui burung pemakan bangkai ataupun diuraikan di tanah.