Akhirnya keempat raja ini kembali melakukan mufakat untuk bertarak (bertapa) supaya pohon itu bisa ditebang dan roboh. Adapun hasil dari pertapaan itu isinya adalah: “Kalau hendak menyuruh roboh pohon Benuang Sakti itu, hendaklah menguburkan anak gadis dibawah pohon itu”
Kononnya pula, Siamang Putih itu bersuara dari atas pohon Benuang Sakti, dikatakannya “Benuang Sakti ini akan rebah kalau dibawahnya akan dikalang oleh tujuh gadis muda remaja”.
Akhirnya keempat raja ini kembali bermufakat akan mengadakan anak gadis yang diinginkan oleh Siamang Putih. Mengingat anak buah petulai Biku Bembo datangnya kemudian dan belum membantu bekerja menebang pohon, maka diperintahkan untuk mencari gadis yang dikehendaki itu. Sungguh pun demikian, anak buah Tuan Biku tersebut mencari juga akal agar anak gadis yang akan dikuburkan itu tidak mati. Setelah ke tujuh gadis remaja didapati dan segeralah dilakukan penggalian lobang sedalam sembilan hasta dan lebar sembilan hasta pula.
Pekerjaan untuk itupun akhirnya dilakukan dan masing-masing anak buah diberikan tugas yang berbeda-beda, ada yang menggali lubang, membuat penghadang atau kalang, ada pula yang mencari penutup. Sementara anak buah Biku Bermano memberi makanan beram manis kepada pekerja.
Tidak lama kemudian, setelah pekerjaan usai dan dikuburkan hidup-hidup ketujuh gadis remaja itu, barulah pohon benuang sakti ditebang dan akhirnya roboh di atas tempat ke tujuh anak gadis itu di kuburkan. Ke tujuh anak gadis itu pun selamat dan siamang putih pun raib.