Dilanjutnya ada dua hal yang menyebabkan air tidak mengalir lagi. "Air tidak pengalir lagi ini penyebabnya yang pertama debit air sudah berkurang karena panas, dan yang kedua siring sekunder bagian hilir sudah dipenuhi endapan sedimen yang sudah lama tidak dikuras dan dibersihkan dari rerumputan," imbuhnya.
Pada awalnya endapan sesimen dan rumput di siring sekunder dibersihkan oleh petani dengan cara gotong royong, namun belakangan ini cara itu sudah tidak dilakukan lagi. "Kalau dulu petani masih rajin nguras endapan sedimen disirang sekunder termasuk membersihkan rumputnya dengan bergotong royong. Tapi belakangan ini pekerjaan tersebut dipihak ketigakan oleh PU Provinsi, dan yang mengerjakan bukan petani diwilayah ini atau warga seputar sini melainkan orang luar yang dibawa dan diperjakan oleh pihak kontraktor tersebut.
Sejak itulah petani sudah tidak mau lagi membersihkan sedimen dan rumput di siring sekunder," ungkapnya. Ditambahnya masyarakat petani cenderung hanya menerima apa adanya. "Petani sekarang sudah merasa tidak memiliki lagi irigasi tersebut dan cenderung menerima saja. Kalau airnya ngalir maka nanam padi, tapi kalau sudah tidak bisa ngalir lagi ya terpaksa alih fungsi.
Saya sebagai juru pengairan tidak bisa melarang petani yang alih fungsi dari lahan pangan ke kebun sawit kalau airnya tidak cukup. Petani butuh makan, butuh keperluan yang lainnya. Siapa yang mau menanggung kebutuhan mereka kalau lahannya tidak menghasilkan apa apa, biarlah mereka menentukan sendiri," pungkas Nurman. (mrs)