Benarkah? Media Online Ini Beritakan Oknum Kadis AS di Seluma Kumpul Kebo, bahkan Disebut Ada 5 Oknum Kadis

 Benarkah? Media Online Ini Beritakan Oknum Kadis AS di Seluma Kumpul Kebo, bahkan Disebut Ada 5 Oknum Kadis

Ilustrasi selingkuh--

 

 

Seluma, Radarseluma.Disway. Id  – Ada pemberitaan di media online https://spoiler.id/2025/08/14/Seluma-darurat-moral-pejabat-kumpul-kebo-selain-kadis-as-diduga-5-kepala-dinas-memiliki-skandal-nafsu-syahwat-yang-sama, Isinya disebutkan bahwa ada oknum akdis di Seluma berinisial AS kumpul kebo dengan oknum honorer. Selain itu disebutkan masih ada 5 lagi oknum pejabat yang memiliki kedudukan sama.

Diyakini memiliki istri simpanan di Seluma.

 

BACA JUGA: Perlu Insentif Untuk Dorong Penjualan Motor Listrik yang Anjlok

BACA JUGA: Gandeng Kemendikdasmen, BSI Perkuat Literasi keuangan di Dunia Pendidikan

Disebutkan media online ini, walau belum dikonfirmasi secara  valid, skandal yang melibatkan AS, kepala dinas di lingkungan Pemkab Seluma, dan SH, tenaga honorer di salah satu OPD.

 

Diaparkannya, hubungan keduanya dimulai pada 2022. Bukan sekadar hubungan profesional, tapi dugaan kumpul kebo yang berlangsung hampir tiga tahun. Selama itu, SH menjalankan peran layaknya istri: merawat, mendampingi, bahkan membiayai kebutuhan AS. Ironisnya, nyaris tak ada uang sepeserpun dari AS yang keluar untuk kehidupan bersama itu—bahkan SH sampai berutang demi membantu keluarga AS.

 

Puncak hubungan ini terjadi pada Oktober 2024, ketika keduanya menikah siri di rumah orang tua SH, disaksikan keluarga besar. Namun, hanya tujuh bulan kemudian, AS menceraikan SH, setelah hubungan mereka terbongkar oleh istri sah AS. Konflik pecah di kantor, ketika SH menuntut pertanggungjawaban dan pengembalian uang yang telah digunakan AS. Menurut SH, pengembalian itu baru dilakukan setelah ia memaksa.

 

Bak pepatah “Habis manis sepah dibuang”, ketika risiko sosial dan politik mulai mengancam, SH pun dicampakkan. Yang tersisa hanyalah rasa kecewa dan kemarahan seorang perempuan yang merasa telah diperlakukan sebagai objek, bukan manusia yang layak dihargai.

Sumber: