Hanya Pungut Berondol di Perkebunan PT Agri Andalas, Empat IRT Seluma Diamankan
Warga yang diamankan--
Di Polsek, keempat IRT tersebut menjalani pemeriksaan dan pendataan. Mereka juga mengaku telah menyampaikan permintaan maaf kepada pihak perusahaan. Namun demikian, karena laporan resmi sudah dibuat oleh PT Agri Andalas, proses hukum tetap berjalan sesuai prosedur.
BACA JUGA: Livin’ Fest 2025 Digelar Bank Mandiri di GOR Cenderawasih Jayapura, Dorong Sinergi UMKM
Masyarakat setempat menilai kasus ini cukup memprihatinkan. Banyak warga beranggapan bahwa berondol merupakan limbah panen yang biasanya tidak lagi diambil oleh pekerja. Sehingga dianggap wajar jika masyarakat memungutnya. Namun secara hukum, seluruh hasil tanaman yang berada dalam area HGU perusahaan, termasuk berondol. Akan tetap menjadi aset perusahaan. Pengambilannya tanpa izin dapat dikategorikan sebagai pencurian.
Sejumlah warga berharap perusahaan dapat mempertimbangkan kondisi ekonomi masyarakat. Serta menyelesaikan persoalan ini secara persuasif. Kasus serupa bukan kali pertama terjadi di wilayah perkebunan sawit di Bengkulu, terutama di desa-desa yang berada tepat di sekitar kebun inti perusahaan.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak PT Agri Andalas belum memberikan keterangan resmi terkait dasar pelaporan tersebut, termasuk apakah perusahaan memiliki aturan internal mengenai pengambilan berondol oleh warga sekitar. Ketidakjelasan ini menimbulkan tanya di kalangan masyarakat, mengingat beberapa perusahaan lain di daerah berbeda terkadang memberikan toleransi terbatas terhadap berondol yang jatuh dan tidak dipanen.
Radar Seluma telah mencoba menghubungi Humas PT Agri Andalas, Hasan melalui pesan WhatsApp pada Jumat siang. Namun hingga berita ini diterbitkan, pesan tersebut belum direspons. Publik masih menunggu penjelasan resmi dari perusahaan mengenai sikap mereka serta kemungkinan penyelesaian secara kekeluargaan.
Kasus ini menjadi momentum bagi pemerintah daerah dan perusahaan perkebunan untuk kembali mengevaluasi pola hubungan dengan warga sekitar, terutama terkait pemanfaatan limbah panen. Pendekatan humanis dan dialog dinilai sangat penting agar konflik serupa tidak kembali terjadi.(ctr)
Sumber: