LUBUK SANDI, Seluma, Radarseluma.disway.if - Menyusul insiden serangan beruang madu terhadap seorang petani karet di Desa Lubuk Terentang, Kecamatan Lubuk Sandi Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Wilayah II Bengkulu, langsung mengambil tindakan cepat. Petugas dari Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Bengkulu memasang perangkap di lokasi kejadian guna mengantisipasi potensi konflik lanjutan antara manusia dan satwa liar.
Langkah ini dilakukan setelah seorang petani bernama Maradona (30) warga Desa Napal Jungur, menjadi korban serangan beruang madu saat sedang menyadap karet di kebunnya. Pada Rabu, 3 September pagi, sekitar pukul 10.30 WIB. Korban mengalami luka gigitan pada mata kaki kiri dan langsung dilarikan ke rumah bidan desa untuk mendapatkan pertolongan medis.
Kepala Dusun III Desa Lubuk Terentang, Andi membenarkan kejadian tersebut. Menurutnya, serangan terjadi tiba-tiba saat korban tengah bekerja di kebun. Warga yang mendengar teriakan korban segera datang membantu dan mengusir satwa tersebut.
"Korban mengalami luka cukup serius di bagian kaki. Untungnya, warga cepat tanggap dan segera membawanya ke tenaga medis terdekat," ujar Andi.
Menanggapi insiden ini, Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Bengkulu, Mariska Tarantona menyatakan bahwa, pemasangan perangkap merupakan langkah pencegahan agar konflik satwa liar tidak kembali terjadi. Ia menjelaskan, wilayah tersebut memang merupakan bagian dari home range (wilayah jelajah) satwa liar seperti beruang madu dan harimau sumatera. Karena lokasinya yang berdekatan dengan kawasan konservasi Taman Buru Semidang Bukit Kabu.
"Pemasangan perangkap ini adalah langkah antisipatif. Kita tidak ingin ada korban lagi. Wilayah ini merupakan habitat alami berbagai jenis satwa liar yang kini mulai sering berinteraksi dengan manusia akibat menyempitnya hutan," jelas Mariska.
Mariska juga mengimbau warga agar lebih waspada saat beraktivitas di kebun, terutama pada pagi dan sore hari saat satwa liar biasanya lebih aktif. Ia juga meminta masyarakat untuk tidak bertindak gegabah jika kembali melihat keberadaan satwa liar di sekitar kebun atau permukiman.
"Segera laporkan ke kami atau aparat desa. Penanganan satwa liar harus dilakukan dengan cara yang tepat agar tidak membahayakan manusia maupun satwanya," imbaunya.
Perlu diketahui, kejadian ini bukan yang pertama terjadi di kawasan tersebut. Pada Juni 2024, insiden serupa juga menimpa seorang petani karet di desa yang sama. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan intensitas konflik antara manusia dan satwa liar di wilayah penyangga kawasan konservasi.
Dengan pemasangan perangkap dan peningkatan patroli di kawasan rawan konflik, BKSDA berharap interaksi negatif antara manusia dan satwa liar bisa ditekan. Kerja sama aktif dari masyarakat menjadi kunci utama dalam menjaga keselamatan bersama sekaligus melindungi kelestarian satwa endemik seperti beruang madu.(ctr)