Ketika Ramadhan Pergi, Apa yang Tersisa dalam Diri Kita?

Radarseluma.disway.id - Ketika Ramadhan Pergi, Apa yang Tersisa dalam Diri Kita?--
Radarseluma.disway.id - Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, ampunan, dan pembebasan dari api neraka. Di dalamnya terdapat banyak keutamaan, mulai dari dilipatgandakannya pahala, terbukanya pintu surga, hingga malam Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan. Namun, yang menjadi pertanyaan besar adalah: Setelah Ramadhan pergi, apa yang tersisa dalam diri kita?
Apakah ibadah kita tetap konsisten? Apakah hati kita tetap bersih seperti saat Ramadhan? Ataukah kita kembali pada kebiasaan lama yang jauh dari nilai-nilai kebaikan? Dalam tulisan ini, kita akan membahas pelajaran yang seharusnya tertanam dalam diri kita setelah Ramadhan pergi, disertai dalil dari Al-Qur'an dan Hadits.
1. Ketaqwaan sebagai Buah dari Ramadhan
Salah satu tujuan utama puasa Ramadhan adalah untuk membentuk pribadi yang bertakwa. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)
Ketaqwaan adalah hasil dari pelatihan selama sebulan penuh. Jika setelah Ramadhan kita masih menjaga ibadah, menjauhi maksiat, dan meningkatkan amal saleh, maka itu tanda bahwa puasa kita membuahkan hasil. Namun, jika setelah Ramadhan kita kembali lalai, itu berarti kita belum benar-benar mencapai ketakwaan yang diharapkan.
BACA JUGA:Menggapai Cinta Allah di 10 Malam Terakhir
2. Konsistensi dalam Ibadah
Ibadah di bulan Ramadhan begitu mudah dilakukan karena suasana yang kondusif, lingkungan yang mendukung, serta dorongan semangat dari sesama Muslim. Namun, ujian sebenarnya adalah setelah Ramadhan, ketika suasana kembali seperti biasa. Rasulullah SAW bersabda:
أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
Artinya: "Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus meskipun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini mengajarkan kita bahwa yang lebih penting dari banyaknya ibadah di bulan Ramadhan adalah konsistensi dalam ibadah setelahnya. Jika kita bisa mempertahankan kebiasaan shalat malam, membaca Al-Qur’an, dan memperbanyak sedekah, maka Ramadhan benar-benar memberikan dampak dalam hidup kita.
3. Menjaga Kebersihan Hati dan Akhlak
Selama Ramadhan, kita diajarkan untuk menahan diri, bukan hanya dari makan dan minum, tetapi juga dari amarah, ghibah, dan perbuatan buruk lainnya. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Artinya: "Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dosa, maka Allah tidak membutuhkan dia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Bukhari)
Hadits ini menegaskan bahwa hakikat puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menjaga hati dan lisan. Maka setelah Ramadhan, kita harus tetap menjaga kebersihan hati, tidak mudah marah, tidak suka bergunjing, dan selalu berakhlak baik kepada sesama.
BACA JUGA:Sabar dan Syukur: Kunci Keberkahan Ibadah
4. Memperkuat Hubungan dengan Al-Qur’an
Ramadhan dikenal sebagai bulan turunnya Al-Qur’an. Banyak di antara kita yang lebih giat membaca dan mengkhatamkan Al-Qur’an selama Ramadhan. Namun, setelah Ramadhan, kebiasaan ini seringkali berkurang atau bahkan hilang. Padahal, Al-Qur’an adalah pedoman hidup yang harus selalu kita baca dan pelajari. Allah SWT berfirman:
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ
Artinya: "Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus..." (QS. Al-Isra’: 9)
Jika setelah Ramadhan kita tetap berusaha membaca, memahami, dan mengamalkan isi Al-Qur’an, maka itu pertanda bahwa Ramadhan benar-benar meninggalkan bekas dalam diri kita.
5. Meningkatkan Kepedulian Sosial
Ramadhan juga mengajarkan kita untuk peduli kepada sesama, terutama mereka yang kurang mampu. Saat kita berpuasa, kita merasakan bagaimana rasanya menahan lapar, yang sehari-hari dirasakan oleh orang-orang miskin. Oleh karena itu, setelah Ramadhan, kepedulian kita tidak boleh berhenti. Rasulullah SAW bersabda:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
Artinya: "Sedekah tidak akan mengurangi harta." (HR. Muslim)
Dengan tetap berbagi kepada sesama, kita menunjukkan bahwa pelajaran Ramadhan masih hidup dalam diri kita.
BACA JUGA:Mendekatkan Diri dengan Al-Qur’an di 10 Malam Terakhir
Dari penjelasan diatas maka dapatlah kita simpulkan bahwa Ramadhan datang sebagai bulan pelatihan bagi kita untuk meningkatkan ketakwaan, ibadah, akhlak, kecintaan kepada Al-Qur’an, serta kepedulian sosial. Namun, ujian sebenarnya adalah setelah Ramadhan pergi. Apakah kita tetap konsisten dalam ibadah dan amal saleh, atau kembali kepada kebiasaan lama?
Jika kita masih menjaga shalat tepat waktu, membaca Al-Qur’an, berbuat baik kepada sesama, serta menjauhi maksiat, maka itu tanda bahwa Ramadhan benar-benar memberikan dampak dalam hidup kita. Namun, jika setelah Ramadhan kita kembali lalai, maka kita perlu bertanya pada diri sendiri, apakah puasa kita benar-benar diterima?
Mari kita jadikan Ramadhan sebagai titik awal perubahan, bukan hanya momen sesaat. Jangan biarkan semangat ibadah kita padam setelah bulan suci berlalu. Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya: "Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim)
Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu mempertahankan amalan baik setelah Ramadhan dan menjadi hamba yang lebih bertakwa kepada Allah SWT. Aamiin ya Rabbal ‘alamin. (djl)
Sumber: