Ramadhan Akan Pergi, Apa yang Kita Dapat?

Ramadhan Akan Pergi, Apa yang Kita Dapat?

Radarseluma.disway.id - Ramadhan Akan Pergi, Apa yang Kita Dapat?--

Radarseluma.disway.id - Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, di mana umat Islam menjalankan ibadah Puasa selama sebulan penuh. Ini adalah waktu untuk meningkatkan ibadah, memperbaiki akhlak, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Namun, seperti halnya waktu yang terus berjalan, Ramadhan pun akan pergi meninggalkan kita.

Saat bulan Suci Ramadhan berakhir, pertanyaannya adalah: apa yang telah kita dapatkan dari bulan suci ini? Apakah hanya rasa lapar dan dahaga, ataukah kita benar-benar mendapatkan keberkahan dan perubahan dalam diri? 

Dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 183 yang mana berbunyi: 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)

Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama Puasa adalah mencapai Ketaqwaan. Maka, setelah bulan Suci Ramadhan berlalu, kita harus mengevaluasi apakah kita sudah mencapai Ketaqwaan yang lebih baik dari sebelumnya.

BACA JUGA:Rasulullah SAW Beribadah di 10 Malam Terakhir Ramadhan

Keberkahan yang Didapat dari Ramadhan

Pertama: Pengampunan Dosa

Salah satu keutamaan terbesar bulan Suci Ramadhan adalah ampunan dosa. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Bukhari dan Muslim Rasulullah SAW bersabda yang berbunyi: 

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: "Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa bulan Suci Ramadhan adalah kesempatan emas bagi umat Islam untuk mendapatkan penghapusan dosa. Namun, pengampunan ini hanya berlaku bagi mereka yang berpuasa dengan penuh keimanan dan keikhlasan. Jika setelah bulan Suci Ramadhan kita masih kembali melakukan dosa yang sama, maka kita telah menyia-nyiakan kesempatan besar ini.

Kedua: Kebiasaan Beribadah yang Lebih Baik

Selama bulan Suci Ramadhan, umat Islam terbiasa Shalat lebih rajin, membaca Al-Qur’an, bersedekah, dan memperbanyak dzikir. Kebiasaan baik ini seharusnya tidak berhenti setelah bulan Suci Ramadhan berlalu. 

Sebagaimana Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Bukhari dan Muslim yang berbunyi: 

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

Artinya: "Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus walaupun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka, tantangan bagi kita adalah menjaga kebiasaan baik ini meskipun bulan Suci Ramadhan telah pergi. Jangan sampai ibadah kita hanya meningkat saat bulan suci Ramadhan, tetapi menurun drastis setelahnya.

BACA JUGA:Keistimewaan Lailatul Qadar dalam Al-Qur’an dan Hadis

Ketiga: Menumbuhkan Rasa Empati dan Kepedulian Sosial

Puasa mengajarkan kita untuk merasakan bagaimana penderitaan orang-orang yang kurang mampu. Ketika kita menahan lapar dan haus, kita diingatkan akan saudara-saudara kita yang sering kali mengalami hal yang sama setiap hari karena keterbatasan ekonomi.

Oleh karena itu, bulan Suci Ramadhan seharusnya menanamkan rasa empati dan kepedulian dalam diri kita. Setelah bulan Suci Ramadhan, kebiasaan berbagi dan membantu sesama harus tetap kita pertahankan. 

Sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad Rasulullah SAW dalam sabdanya dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Bukhari yang mana berbunyi: 

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ

Artinya: "Tidaklah seorang mukmin (yang sempurna) jika ia kenyang sementara tetangganya kelaparan di sampingnya." (HR. Bukhari)

Hadits ini menekankan pentingnya menjaga hubungan sosial dan tidak bersikap individualistis. Semangat berbagi di bulan Suci Ramadhan harus tetap menyala di bulan-bulan berikutnya.

BACA JUGA:Memperkuat Ibadah di Penghujung Ramadhan

Kesimpulan dan Hikmah yang Bisa Kita Ambil

Ketika bulan Suci Ramadhan berlalu, kita harus bertanya kepada diri sendiri: Apakah kita telah menjadi pribadi yang lebih baik? Apakah kita lebih dekat kepada Allah? Jika kita tidak merasakan perubahan, maka kita perlu mengevaluasi kembali bagaimana kita menjalani bulan suci ini.

Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:

إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

Artinya::"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra’d: 11)

Bulan Suci Ramadhan adalah momentum untuk mengubah diri. Namun, perubahan itu harus berlanjut setelah bulan suci Ramadhan ini berlalu. Jika kita kembali pada kebiasaan lama, maka seakan-akan Ramadhan tidak memberikan dampak bagi kita.

Bulan Suci Ramadhan adalah bulan pendidikan bagi jiwa. Ia melatih kita untuk menjadi pribadi yang lebih bertakwa, lebih disiplin dalam beribadah, lebih peduli terhadap sesama, dan lebih mampu mengendalikan hawa nafsu. Namun, semua itu akan sia-sia jika setelah Ramadhan kita kembali ke kebiasaan lama tanpa adanya perbaikan.

BACA JUGA:Doa dan Amalan yang Dianjurkan di 10 Malam Terakhir Ramadhan

Marilah kita jadikan bulan Suci Ramadhan sebagai titik awal perubahan yang berkelanjutan. Jangan biarkan bulan Suci Ramadhan pergi begitu saja tanpa meninggalkan jejak dalam kehidupan kita. Jika kita mampu mempertahankan kebiasaan baik yang kita bangun selama Ramadhan, maka kita telah benar-benar mendapatkan manfaat dari bulan suci ini.

Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita selama Ramadhan dan menjadikan kita sebagai hamba yang lebih baik setelahnya. Aamiin.(djl)

Sumber: