Abu Nawas dan Raja Harun al-Rasyid: Akal Licik Sang Penyair

Radarseluma.disway.id - Abu Nawas dan Raja Harun al-Rasyid: Akal Licik Sang Penyair--
Radarseluma.disway.id - Pada zaman keemasan Baghdad, di bawah kepemimpinan Raja Harun Al-Rasyid, hiduplah seorang pria yang terkenal dengan kepintaran dan kelihaiannya dalam berbicarayaitu Abu Nawas. Ia bukan dari kalangan Bangsawan, bukan pula pejabat tinggi, tetapi namanya masyhur hingga ke pelosok Negeri. Ia seorang penyair yang tak hanya pandai merangkai kata, tetapi juga mampu keluar dari masalah dengan kecerdikannya.
Raja Harun Al-Rasyid menyukai Abu Nawas. Baginya, pria cerdik itu bukan sekadar penghibur, melainkan juga seorang penasihat yang tak terduga. Maka, tak heran jika Sang Raja sering menguji kecerdikan Abu Nawas dengan tantangan-tantangan yang sulit namun mampu terselesaikan dengan baik oleh Abu Nawas
"Tantangan dari Sang Raja: Menjebak Abu Nawas"
Suatu hari, Raja Harun Al-Rasyid ingin mengerjai Abu Nawas. Ia ingin melihat apakah kepandaian Abu Nawas benar-benar luar biasa atau hanya kebetulan semata. Maka, ia pun memanggil Abu Nawas ke Istana.
"Abu Nawas, aku ingin kau melakukan satu tugas mudah," kata sang Raja sambil tersenyum penuh arti.
"Tugas apa, Baginda?" tanya Abu Nawas waspada.
"Aku ingin kau masuk ke dalam penjara selama seminggu."
Abu Nawas terkejut. "Masuk penjara? Apa dosaku, Baginda?"
Sang Raja tertawa kecil. "Tak ada. Aku hanya ingin melihat apakah kau bisa keluar dengan kecerdikanmu. Jika kau berhasil keluar sebelum waktunya, aku akan memberimu hadiah besar. Tetapi jika tidak, anggap saja kau sedang beristirahat di sana."
Para penasihat Istana tertawa mendengar perintah aneh itu. Mereka yakin kali ini Abu Nawas akan kalah.
Abu Nawas menghela napas dan tersenyum. "Baiklah, Baginda. Hamba akan masuk penjara. Tetapi ingatlah janji Baginda untuk memberi hadiah jika hamba berhasil keluar sebelum waktunya."
BACA JUGA:Bikin Raja Bengong, Abu Nawas Bisa Ambil Mahkota di Surga
"Akal Licik Abu Nawas"
Para penjaga membawa Abu Nawas ke dalam penjara Istana yang kokoh. Pintu besinya terkunci rapat, dindingnya tebal, dan tak ada jendela besar yang bisa dilalui. Semua orang yakin bahwa kali ini Abu Nawas tak akan mampu lolos.
Namun, Abu Nawas bukan orang biasa. Ia tidak langsung mencari cara untuk melarikan diri dengan paksa. Sebaliknya, ia duduk dengan tenang dan memikirkan rencana.
Malam harinya, ia berpura-pura sakit. Ia mulai mengeluh dan merintih dengan suara yang memilukan.
"Aduh... perutku! Aku merasa sangat sakit! Tolong panggilkan tabib!" teriaknya kepada penjaga.
Para penjaga awalnya mengabaikannya, tetapi lama-kelamaan rintihan Abu Nawas semakin keras dan menyayat hati. Takut jika Abu Nawas benar-benar sakit parah, mereka pun memanggil tabib Kerajaan.
Ketika tabib tiba, Abu Nawas tampak sangat lemah. Ia berbisik pelan, "Tuan tabib, aku merasa sangat sakit… Tolong katakan kepada Raja bahwa aku membutuhkan udara segar, atau aku bisa mati di sini."
Tabib itu merasa kasihan. Ia pun melaporkan kepada Raja Harun Al-Rasyid bahwa Abu Nawas mungkin tidak akan selamat jika terus dikurung di ruangan sempit tanpa udara segar.
Sang Raja berpikir sejenak, lalu tersenyum. "Baiklah, biarkan ia keluar dari penjara sebentar untuk menghirup udara segar, tetapi tetap dalam pengawasan ketat."
Para penjaga pun membawa Abu Nawas keluar dari selnya. Begitu ia keluar dan menghirup udara segar, Abu Nawas tiba-tiba bangkit berdiri dengan segar bugar dan berkata,
"Baginda, aku sudah keluar dari penjara sebelum waktunya! Sekarang hamba berhak atas hadiah yang dijanjikan."
BACA JUGA:Abu Nawas Hebat, Mampu Menangkap Matahari Dihadiahi Emas Raja Harun
Raja Harun al-Rasyid terperangah, lalu tertawa terbahak-bahak.
"Abu Nawas, kau memang tidak ada tandingannya! Baiklah, aku akan memenuhi janjiku. Kau berhak atas hadiah besar."
Semua orang di Istana pun takjub dan mengakui bahwa kecerdikan Abu Nawas memang tak bisa diremehkan.
Dari kisah Abu Nawas ini, kita belajar bahwa kecerdikan dan akal yang tajam sering kali lebih berharga daripada kekuatan fisik. Dalam menghadapi masalah, kepintaran dan strategi yang baik bisa membawa kita keluar dari kesulitan, bahkan dalam situasi yang tampaknya mustahil.
Dan begitulah, kisah Abu Nawas terus diceritakan dari generasi ke generasi sebagai simbol kecerdikan, kelicikan yang jenaka, dan kebijaksanaan yang terselubung dalam humor. (djl)
Sumber: