Memberhentikan Sekolah ''Berbisnis", Kembali ke Jalur Pendidikan

 Memberhentikan Sekolah ''Berbisnis

Jeffri Ginting, GM Radar Seluma--

Bisnis yang cukup besar juga ada;ah bisnis study tour. Dimana study tournya biasanya keluar provinsi. Bahkan ada sekolah yang keluar negeri. 

Biayanya sampai jutaan rupiah.

Kenapa bisnis sekolah ini  terus berlanjut?

Orang tua murid takut anaknya kena dampak di sekolah. Sehingga orang tua murid seperti kata Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi,mengusahakan biayanya dengan berbagai cara. Salah satunya pinjam ke Pinjol atau ke tengkulak serta rentenir.

Orang tua juga menjaga mental anaknya. Karena kalau tidak ikut, maka anaknya akan minder dan mentalnya jatuh serta alami perasaan rendah diri.

Sehingga pelarangan study tour secara kelembagaan seperti surat edaran Gubernur, sangat membantu orang tua murid.

Kalau perlu pelarangan ini dilakukan secara nasional dengan mengeluarkan surat edaran dari kementrian pendidikan nasional.

 

BACA JUGA:Mitsubishi Pajero Sport 2024 Resmi Diluncurkan di Indonesia dengan Mesin Baru Hyper Power

BACA JUGA: FIFGROUP Meraih Dua Penghargaan Gold di WOW Brand Award 2025

Lalu apa dampak negatifnya?

Fokus sekolah menjadi terbelah. Lihat saja awal ajaran baru. Sekolah lebih fokus berbisnis, seperti penyediaan seragamsekolah, penyediaan buku, lalu uang bangunan serta lainnya. Dari pada mempersiapkan pengajaran atau program pengajaran yang lebih baik.

 

Sekolah akan sibuk memesan baju seragam, mendistribusikannya kemudian menagihnya.

Saya harap kebijakan Gubernur Jawa Barat dan Gubernur Bengkulu bisa menjadi kebijakan nasional. Biarlah sekolah fokus kepada kegiatan belajar mengajar. Sekolah tak berbisnis. Biarlah pelajar membeli buku di luar. Sebut saja judulnya, sehingga para siswa akan membeli di luar atau memakai buku kakak kelasnya.  

Sumber: jeffri ginting se wartawan bengkulu