Muliakanlah Istrimu Niscaya Pintu Rizki mu Terbuka Luas
Kajian Islam, memuliakan istri akan emmbuka pintu rezeki--
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَآءً ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Artinya,
“Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu (Adam) dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu” (Q.S. an-Nisa: 1).
Selain daripada pemenuhan kebutuhan biologis dan melahirkan keturunan, tujuan penting lainnya dari disatukannya laki-laki dan perempuan dalam sebuah hubungan pernikahan adalah agar saling merasa tenteram, damai, muncul perasaan cinta dan kasih yang nantinya dapat dirasakan oleh seluruh anggota keluarga terutama bagi suami, istri, maupun anak-anaknya. Allah subhanahu wata’ala berfirman yang berbunyi:
هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا ۖ فَلَمَّا تَغَشَّىٰهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِۦ ۖ فَلَمَّآ أَثْقَلَت دَّعَوَا ٱللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ ءَاتَيْتَنَا صَٰلِحًا لَّنَكُونَنَّ مِنَ ٱلشَّٰكِرِينَ
Artinya,
“Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan darinya Dia menjadikan pasangannya agar dia cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Kemudian, setelah ia mencampurinya, dia (istrinya) mengandung dengan ringan. Maka, ia pun melewatinya dengan mudah. Kemudian, ketika dia merasa berat, keduanya (suami istri) memohon kepada Allah, Tuhan mereka, “Sungguh, jika Engkau memberi kami anak yang saleh, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur” (Q.S. Al-A’raf: 189).
Pernikahan ibarat sebuah usaha kerja sama antara suami dan istri untuk bersama-sama meraih visi menegakkan rumah tangga yang penuh mawaddah dan rahmah. Mawaddah atau cinta tercermin pada sikap dan perilaku. Adapun rahmah melahirkan sebuah kesabaran, ketidakangkuhan, ketidakegoisan, dan sifat-sifat baik lainnya guna melengkapi kekurangan yang ada pada pasangan. Allah berfirman yang artinya,
“Mereka (istri) adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka” (Q.S. al-Baqarah: 187).
Sumber: