Pemuda: Agen Transformasi, Katalisator Perubahan, dan Pembangun Peradaban

Pemuda: Agen Transformasi, Katalisator Perubahan, dan Pembangun Peradaban

Ilustrasi pemuda--

 

 

Prakata dengan Sedikit Renungan

Di tahun 2045, negeri yang amat kita cintai ini, Indonesia, akan merayakan ke-100 tahun kemerdekaannya. Generasi Emas Indonesia adalah istilah yang tak terlepas dari upaya menyongsong seabad republik ini. Di tahun itu juga, bonus demografi akan terjadi, mayoritas yang memiliki andil besar membangun negeri ini adalah para pemuda. Lantas bagaimana kualitas kita sebagai seorang pemuda di hari ini?

 

BACA JUGA:Lion Air Mengawali Penerbangan Umrah 1445 Hijriah dan Wisata Musim Panas. Balikpapan ke Jedah

Apakah cita-cita menjadi negara maju bisa terwujud di tahun tersebut? Apakah mimpi besar para tokoh-tokoh bangsa terhadap NKRI ini bisa menjadi negara super power dan kekuatan besar dunia yang disegani? Apakah Indonesia bisa menjadi macan di Asia hingga global? Apakah masyarakat dari Sabang hingga Merauke bisa merasakan kesejahteraan? Nikmat secara ekonomi, mudah dari segi pendidikan dan lapangan pekerjaan, serta terjamin dari aspek kesehatan? Apakah itu semua bisa terwujud dan dirasakan di seluruh penjuru tanah ini? Ataukah hanya menjadi narasi, mimpi, dan keinginan semata tanpa tercipta realisasi konkret? 

 

Jawabannya adalah Wallahu a'lam bish-shawab “Hanya Tuhan Allah yang lebih mengetahui kebenaran yang sesungguhnya.” 

 

Sebelum jauh melangkah dan memikirkan keadaan bangsa di 22 tahun ke depan, mari kita lihat beberapa sisi yang seharusnya tidak terjadi pada pemuda di masa sekarang ini dan seharusnya pula menjadi fokus intervensi perbaikan ke arah yang lebih positif. Penulis mencoba menganalisis pada kacamata general dan tidak mengarah pada satu wilayah tertentu di republik ini. Di era sekarang, beberapa pemuda terlibat dalam tindak kejahatan seperti pencurian, perampokan, pemerasan, atau tindak kekerasan fisik. Beberapa pemuda juga tergoda untuk mencoba narkoba dan terjebak dalam kecanduan, yang berdampak buruk pada kesehatan dan kehidupan mereka. Selain itu, beberapa pemuda terlibat dalam perilaku kenakalan remaja seperti vandalisme, perkelahian, atau perusakan properti. Mereka juga ada yang terlibat dalam perilaku yang merugikan di media sosial seperti penyebaran hoaks, intimidasi cyber, atau pelecehan online. Dan pada beberapa kasus, beberapa pemuda menghadapi kesulitan dalam mencari pekerjaan atau bahkan putus sekolah, di mana hal ini dapat mengarah pada keputusasaan, frustrasi, atau keterlibatan dalam perilaku negatif lainnya.

 

Kalau sudah begini yang terjadi, pertanyaannya masih tetap sama, bagaimana kualitas kita sebagai seorang pemuda di hari? Jikalau positif, pertahankan dan perbanyak mengajak teman untuk bergandengan bersama dalam satu jalan yang sama. Jika sebaliknya, mari renungilah dan berusaha memberikan pemahaman yang baik pada diri sendiri, niat yang kuat untuk perubahan, serta cari komunitas dan lingkungan yang mendukung untuk tranformasi yang lebih berkualitas. 

 

Sumber: