Assalamualaikum Wr Wb
Alhamdulillahi wa kafa,wa usholli,wa usalimu ‘ala sayidina Muhammad dinnil mustofa wa ‘ala alihi wa ashabihi ahlisdqi wal wafa,amma ba’du.
Para pembaca Radar Seluma Online yang Budiman di mana pun berada yang Insya Allah dirahmati Allah SWT
Hari demi hari telah kita lalui dan tak terasa sekarang kita telah berada di penghujung bulan Ramadhan, kita berada di 10 hari terakhir bulan Ramadhan, artinya sebentar lagi kita akan meninggalkan bulan mulia ini dan merayakan Hari Raya Idul Fitri.
Mayoritas diantara kita mungkin sangat senang dengan berakhirnya bulan Ramadhan, karena puasa telah lewat, kita tidak lagi merasakan lapar di siang hari, letihnya tarawih di malam hari, hari-hari kembali normal sebagaimana biasanya.
Namun demikian, bila di pandang dari sudut Agama sebenarnya kesenangan kita ditinggalkan bulan Ramadhan itu membuktikan betapa rendah dan lemahnya iman kita, karena dengan berakhirnya bulan Ramadhan justru kita sudah tidak bisa mendapatkan pahala yang besar sebagaimana yang bisa kita dapatkan di bulan Ramadhan.
Para pembaca Rahimakumullah
Rasulullah SAW dalam beberapa Hadisnya memberikan teladan bagi kita, apa yang seharusnya kita lakukan jika kita berada pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwasanya ‘Aisyah berkata:
“Jika masuk 10 hari akhir bulan Ramadhan, Rasulullah SAW mengencangkan ikat sarungnya, beliau menghidupkan malamnya dan membangunkan isterinya.
Dan dalam riwayat Imam Muslim:
“Rasulullah SAW bersungguh-sungguh (dalam melakukan ibadah) pada 10 hari akhir Ramadhan dibandingkan hari-hari selainnya”
Para pembaca yang Budiman
Hadis tersebut menunjukkan bahwa ada 4 hal yang dilakukan Rasulullah SAW ketika memasuki 10 hari terakhir Ramadhan, yaitu:
Pertama
"Mengencangkan ikat sarung"
Sebagian ulama mengatakan bahwa arti “mengencangkan ikat sarung” adalah beliau lebih keras dalam melakukan ibadah, sementara sebagian ulama mengartikan bahwa beliau menjauhi isterinya dan menfokuskan untuk beribadah kepada Allah SWT
Kedua
"Menghidupkan malamnya"
Artinya beliau mengisi malam-malam tersebut dengan memperbanyak berdzikir, melakukan shalat dan membaca Al-Qur’an dan bentuk ibadah-ibadah lainnya.
Ketiga
"Membangunkan isteri beliau"
Hal tersebut dengan tujuan agar isteri-isterinya memperbanyak berdzikir, shalat, membaca Al-Qur’an seperti yang beliau lakukan, agar isteri-isteri beliau mendapatkan berkah pada malam malam tersebut.
Ke Empat
"Meningkatkan ibadah"
Lebih banyak dibandingkan hari-hari selainnya diantara ibadah yang sangat diprioritaskan oleh junjungan kita Nabi Muhammad SAW di bulan Ramadhan adalah melakukan i’tikaf.
Dalam sebuah hadits riwayat Sayyidah ‘Aisyah RA.yang artinya :
"Sungguh Nabi SAW selalu melakukan i’tikaf pada 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau wafat kemudian tetap di jaga dan dipertahankan oleh istri-istri beliau"
Para pembaca yang Budiman
Jika kita perhatikan, maka sungguh apa yang dilakukan Rasulullah SAW yang kemudian diteruskan oleh para isteri beliau dan para sahabat-sahabat sesudahnya, serta hal yang lanjutkan generasi tabiin, tabiut tabiin dan para ulama salaf ini, sangatlah berbalik dengan apa yang kita lakukan saat ini.
Pada saat ini jika masuk awal Ramadhan kita banyak melihat Masjid - Masjid dan Musalla - Mushalla dipenuhi oleh jama’ah untuk melakukan shalat tarawih, tadarrus dan lain-lain.
Namun jika sudah memasuki akhir Ramadhan, jama’ah yang awalnya banyak, sedikit-demi sedikit berkurang, shaf-shaf semakin maju karena semakin sedikitnya jama’ah, tadarus pun semakin sepi peminat.
Orang lebih sibuk mengurus dunia daripada akhirat, orang-orang lebih banyak pergi ke Mall dan pusat perbelanjaan, membeli pakaian baru untuk lebaran dari pada melaksanakan shalat tarawih malam Ramadhan.
Orang lebih sibuk mengecat rumahnya daripada tadarus Al Quran lebih sibuk menghitung THR yang didapatkan dari pada menghitung Zakat Mal dan sedekah yang harus dikeluarkan, lebih sibuk menyiapkan menu masakan dan kue yang disuguhkan saat Lebaran daripada mengkhatamkan Al Quran, sibuk belanja persiapan membuat ketupat dan opor ayam dari pada i’tikaf di akhir Ramadhan.
Padahal 10 hari-hari terakhir itu merupakan hari-hari yang utama dibandingkan 20 hari sebelumnya dan bukankah sebuah amal itu dinilai dari hasil akhir penutupnya
"Inna ma,al ‘amalu bil howatimi"
artinya:
“Setiap amal tergantung dengan endingnya”
Para pembaca yang Budiman
Jika Rasulullah SAW saja yang maksum, diampuni dosa-dosanya, yang dijamin surganya begitu giat melakukan ibadah pada 10 hari terakhir Ramadhan, maka marilah kita merenung sejenak.
Apakah kita yang tidak maksum, tidak terlepas dari dosa, justru bersantai santai, tidak meningkatkan ibadah pada hari-hari tersebut.
Sudah berapa kalikah kita khatam Al Quran dalam Ramadhan tahun ini, sudah berapa kalikah kita tidak shalat tarawih dalam Ramadhan tahun ini, sudah berapa banyak kah kita bersedekah dalam Ramadhan tahun ini.
Apakah kita tidak takut jika Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan terakhir bagi kita, Ramadhan tahun ini berlalu sementara dosa-dosa kita belum terampuni.
Maka jadilah kita orang-orang yang celaka dan merugi. Wal iyadzu billah …
Para pembaca yang Budiman.
Walhasil, marilah sisa-sisa hari akhir Ramadhan tahun ini kita gunakan untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT, kita perbanyak i’tikaf, tilawah Al Quran, kita perbanyak berdzikir dan berdoa, perbanyak shadaqah, memohon ampun kepada Allah.
Dengan harapan ketika Ramadhan ini lewat, dosa-dosa kita benar-benar diampuni Allah SWT.
Semoga Allah mengampuni semua dosa-dosa kita, menerima semua amalan kita dan menyelamatkan kita dari api Neraka.
Amin ya rabbal alamin
Fastabikul”
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Biodata Penceramah
Ustadz Tarmizi
Ketua Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah(PCPM)
Kecamatan Ilir Talo